SIAPAKAH PENDIRI AGAMA
HINDU?
Secara khusus tidak ada. Ia adalah hasil riset dari banyak para maharesi yang tidak diketahui, semua mereka adalah guru-guru seperti atau setara Kristus. KAPAN AGAMA HINDU LAHIR? Waktu yang tepat tidak dapat dipastikan. Ada banyak teori mengenai kelahiran agama Hindu. Bila kamu melihat dari kisah-kisah mitologi Hindu, maka agama Hindu adalah agama yang sudah berumur triliunan tahun. Beberapa mengatakan agama Hindu mulai segera setelah berakhirnya zaman es. Beberapa mengatakan awal agama Hindu adalah 6000-7000 tahun sebelum masehi. Beberapa teolog seperti Max Muller dari Jerman melacak awal agama Hindu pada milenium ketiga sebelum masehi. Menurut teori ini, suku-suku nomad dari Eropa turun ke India dan menetap di tepi-tepi sungai Indus, Gangga, dan Brahmaputra. Suku-suku bangsa ini disebut Arya (Orang Mulia, Noble One). Setelah mereka menetap, mereka memulai suatu "proses berpikir", yang belakangan dikenal sebagaiagama Hindu. Siapa sesungguhnya yang memulai proses berpikir ini di India? Apakah suku nomad Arya yang menetap di India memulai ini, atau ini sesungguhnya dimulai oleh orang-orang India dengan kulit gelap yang dikenal dengan nama Dravidia, yang telah hidup di India sebelumnya? Ini pertanyaan seharga jutaan dolar. Menurut banyak teolog Hindu, pengetahuan telah senantiasa ada di India sejak zaman dahulu kala. Menurut mereka, pemukim awal di India Utara mencampur pengetahuan mereka dengan peradaban dari orang-orang kulit-gelap di India Selatan, orang-orang Dravidia, dan dengan itu memulai agama Hindu. Penemuan yang amat mengagumkan mengenai peradaban lembah Indus di Mohenjodaro dan Harappa bertanggal 6000-7000 tahun sebelum masehi. Penggalian Mohenjodaro dan Harappa menyatakan peradaban lembah Indus bukan saja non-Aryan tapi juga mendahului peradaban Arya (pre-Aryan) berdasarkan pada : (a) keberadaan kota-kota yang indah, (b) ketiadaan dari baja dalam kota-kota ini, dan (c) ketiadaan kuda. Dari artifak yang diangkat di Harappa, kita tahu dewasa ini bahwa orang-orang lembah Indus memuja Tuhan Siwa atau Tuhan Rudra, memuja dewi pertiwi, membanguan tempat-tempat permandian ritual, mempraktekan Yoga, dan mempunyai lubang api (tungku perapian). Kota-kota ini mempunyai jalan yang dipaving dan saluran-saluran air di bawah tanah. Menurut beberapa teolog lain, orang-orang dari peradaban Maya adalah pelaut-pelaut ulung dan sekali waktu menaklukan satu bagian dari anak benua India, yang mengakibatkan percampuran peradaban Maya dengan Arya. Walmiki dalam epiknya yang indah Ramayana merujuk kepada invasi Danawa terhadap India. Beberapa orang percaya bahwa Danawa tersebut sesungguhnya adalah orang-orang Maya. Dalam epik yang lain, Mahabarata pahlawan Arjuna berperang melawan Danawa di Hiranyapura. Beberapa orang percaya orang-orang Maya menulis Sourya-siddhanta, satu risalah kuno mengenai astronomi di India. Orang-orang Dravidia mungkin telah memulai "proses berpikir" mengenai agama Hindu, tapi kemudian dipengaruhi oleh peradaban orang-orang Arya, Maya, Mesir dan Yunani. Beberapa hal mengindikasikan hal itu : "Hanya ada satu Tuhan, tapi Tuhan itu dinyatakan dalam bentuk yang berbeda-beda", mungkin merupakan anak dari peradaban Mesir. Teori mengenai hidup sesudah mati mungkin merupakan ide Mesir yang digarap lebih lanjut oleh orang Yunani dan akhirnya menjadi bagian tak terpisahkan dari peradaban Arya. Rudra, Tuhan Pemusnah yang dipuja oleh orang-orang Arya, sesungguhnya adalah dewa Dravidia . Rudra belakangan dikenal dengan nama Siva dalam kitab-kitab suci Hindu yang kemudian. Dewa-dewa seperti Waruna (air) Bayu (udara) memiliki kesejajaran dengan mitologi Yunani. Dewasa ini, semua agama-agama besar dunia adalah campuran dari pikiran-pikiran dan ide-ide yang bertentangan satu sama lain. Sama halnya dengan agama Kristen adalah campuran yang kompleks dari Agama Yahudi, Platonism (phalsafah Plato), Gnoticism, dan agama asli Romawi. Sesungguhnya, menurut Encyclopedia Britanica, Teolog Kristen awal Augustine dari Hippo (354-439 AD), "mencampur agama dari Perjanjian Baru dengan tradisi Platonic dari philsafat Yunani." Kebanyakan pengaruh agama-agama asli (pagan) terjadi setelah Kaisar Roma Constantine (306-327 AD) menjadi seorang penganut Kristen pada tahun 312 AD. AYAH, BAGAIMANA AWAL AGAMA HINDU? Menurut kitab-kitab suci Hindu, agama Hindu mulai dengan Sruti. Sruti secara harfiah berarti "itu yang didengar." Para ilmuwan besar waktu itu yang disebut Reshi yang telah menyempurnakan diri mereka dengan meditasi dikatakan mendengar dalam hati mereka kebenaran-kebenaran yang abadi, dan kebenaran ini diajarkan kepada para murid mereka secara telepathi. Untuk waktu yang sangat lama tidak ada buku untuk merekam hal ini. Weda-Weda dan Upanishad dalam bentuk Sruti untuk jangka waktu yang cukup lama. Sesungguhnya kata Upanishad berarti Upa (dekat), Ni (di bawah), Shad (duduk). Ini berarti pengajaran Upanishad disampaikan oleh Guru ketika para murid-muridnya duduk dekatnya. Menurut para teolog Kristen, Bible adalah kitab suci yang mendapat inspirasi dari Roh Kudus (Holy Spirit). II Peter 1:21 terbaca : "Sebab ramalan zaman dahulu tidak datang dari kehendak manusia; tapi dari orang suci dari Tuhan yang berbicara ketika mereka digerakkan oleh Roh Kudus (Holy Ghost). II Timothy 3:16 mengatakan bahwa "Semua kitab suci diberikan oleh Inspirasi Tuhan (All scripture is given by inspiration of God). Demikian juga halnya, semua kitab-kitab Sruti dianggap sebagai wahyu kebenaran Tuhan. Kitab-kitab Weda, menurut satu aliran philsafat (Nyaiyayikas), disusun oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Menurut aliran philsafat Mimamsa, semua kitab-kitab Sruti telah ada secara abadi dalam bentuk suara. Karena itu suara dari kata-kata Weda-Weda dan Upanishad-Upanishad adalah sangat penting. APAKAH NAMA AWAL DARI AGAMA HINDU? Sanatana Dharma, artinya "kebenaran yang abadi" ("righteousness forever") dari "yang tidak memiliki awal dan akhir" adalah nama aslinya. Adalah orang-orang Persia yang menyerbu India pada abad 6 sebelum masehi, yang memberikan nama Hindu. Kata ini berasal dari akar kata "Indus". Beberapa ahli mengatakan kata ini berasal dari satu kata Persia yang berarti "sungai rakyat." Dengan nama Sanathana Dharma, agama Hindu menyatakan dirinya kepada dunia bahwa kebenaran abadi akan ada untuk selamanya, dan para Rishi kebetulan yang pertama-tama membuka kerannya. Santo Agustinus pada bagiannya mengatakan, "Agama yang benar sudah (senantiasa) ada dan (agama yanag sudah ada itu, pen) menjadi Kristen setelah kemunculan Yesus Kristus." Demikianlah kebenaran yang sama dapat ditemukan oleh siapa saja yang mencari kebenaran itu tanpa mengenal lelah, bahkan kalaupun dia sama sekali tidak memiliki ide mengenai agama Hindu. Sama seperti para ilmuwan di seluruh dunia, sewaktu-waktu tanpa sengaja menemukan penemuan yang sama, kebenaran abadi dikenal oleh para Sufi, Buddha, Socrates, Nanak dan lain-lain sekalipun mereka tahu ataupun tidak tahu sepatah katapun mengenai kitab-kitab suci Hindu. Secara pribadi aku merasa Sanathana Dharma adalah nama yang paling tepat bagi Agama Hindu. DALAM BAHASA APAKAH KITAB-KITAB SUCI HINDU DITULIS? Sansekerta. Bahasa ini adalah bahasa kuno seperti bahasa Ibrani dan Latin. Sansekerta memiliki lima puluh dua alphabet, dan percaya atau tidak, kata-kata pertama dari bahasa Inggris, "father" dan "mother" berasal dari kata-kata Sansekerta "pitha" dan "mata" menurut buku "The Story of English." Hampir semua dari enambelas bahasa-bahasa di India berasal dari bahasa Sansekerta. APAKAH SEMUA KITAB-KITAB SUCI HINDU DISUSUN OLEH PENGARANG KHUSUS? Kita hanya mempunyai dugaan-dugaan spekulatif mengenai kepengarangan dari kitab-kitab suci Hindu yang berbeda. Hampir semua kitab-kitab suci Hindu disusun oleh penyusun anonim. Melalui semua kitab-kitab suci Hindu kita dapat melihat para penyusun itu mencoba dengan penuh pertimbangan untuk menghindari mencantumkan nama mereka. Lagi pula, termasuk Bagawad Gita, semua kitab-kitab suci Hindu disusun dengan bentuk penceritaan oleh pihak ketiga. Dalam Bagawad Gita, Batara Krishna (orang pertama), menasehati pangeran-pahlawan Arjuna (orang kedua), dan nasehat itu didengar dan dilihat secara telepathi oleh seorang suci (santo) yang bernama Sanjaya (orang ketiga) dan dikisahkan kepada Raja Dhartharashtra (orang keempat). Epik yang lain, Ramayana, ditulis sebagai sebuah narasi tentang kisah Batara Rama oleh seekor burung kecil yang baru saja kehilangan kekasihnya karena anak panah seorang pemburu jahat. Kitab suci Yoga Vasishta yang berasal dari Ramayana adalah sebuah diskusi antara Batara Rama dan Rishi Vasishta. Narasi yang paling dramatik dapat kita temukan dalam Srimad Bagawatam, dimana Rishi Suka menjelaskan seluruh kisah dari sepuluh Awatara Wisnu kepada Raja Parikesit yang kena kutuk dalam tujuah hari. Pada hari ketujuh Raja Parikesit dibunuh oleh naga Thaksaka. Secara tidak langsung Srimad Mahabhagawatam menyatakan kepada dunia bahwa semua dari kita seperti Raja Parikesit yang kena kutuk, hidup di dunia ini dengan waktu yang sangat terbatas, maka pencarian (pengejawantahan) Tuhan adalah tugas yang paling penting bagi kita semua. Tak ada seorangpun dapat mengatakan dengan jelas mengapa upaya yang penuh pertimbangan untuk menyembunyikan penyusun kitab-kitab suci ini dilakukan oleh hampir semua para orang suci Hindu itu? Barangkali ini dimaksudkan untuk menghindari munculnya ego yang tidak perlu, atau ini mungkin suatu pernyataan kepada dunia bahwa semua kisah-kisah ini adalah kebenaran abadi dan sebagai demikian tidak perlu ditanyakan mengenai pengarangnya. APAKAH AGAMA HINDU MEMBINGUNGKAN DAN BERTENTANGAN SATU SAMA LAIN? Sama sekali tidak. Bagi seorang yang membaca kitab-kitab suci Hindu secara tergesa-gesa, agama Hindu mungkin tampak agak membingungkan dan bertentangan satu sama lain. Tetapi bagi seseorang yang belajar dengan sungguh-sungguh atau melakukan penelitian terhadap kitab-kitab suci ini, agama Hindu berdiri sebagai satu sosok kebenaran (embodiment of truth). Karena agama Hindu merupakan proses pikir yang berkembang dengan perlahan, di dalamnya kamu dapat melihat keberadaaan dari agama-agama primitif dan juga agama-agama yang sangat maju. Memang agama Hindu mengijinkan ratusan dari pemikiran-pemikiran yang secara harfiah tampak bertentangan satu sama lain hidup bersama di dalamnya. Agama Hindu sama seperti sains modern. Persis seperti ratusan ilmuwan di seluruh dunia sedang melakukan penelitian atas ide-ide berbeda yang kadang-kadang kelihatan bertentangan satu sama lain, dalam agama Hindu para Rishi dahulu merenungkan unsur-unsur yang bertentangan dari teka-teki alam semesta. Agama Hindu tidak pernah melakukan "pembersihan rumah" (house cleaning) dalam lima ribu (5000) tahun sejarahnya. Itu sebabnya mengapa ia tampak sebagai sup besar. Pada satu sisi kamu melihat moralitas yang sangat ketat, pada sisi lain kamu lihat erotisme Tantrik. Pada satu sisi ada Tuhan Pribadi (Saguna Brahman), pada sisi lain agama Hindu bicara tentang satu Brahman yang tidak memiliki perasaan. Agama Kristen, pada bagiannya, melakukan pembersihan rumah secara tahunan (yearly house cleaning) sejak awal ia lahir. Sejak Sidang di Niccaea pada tahun 325 A.D, agama ini melempar keluar siapa saja yang tidak mengikuti ajaran-ajaran Gereja secara harfiah. Itulah sebabnya mengapa Saksi Jehova dan Mormon ada di luar (mainstream) agama Kristen. Lagi pula, kontradiksi ada dalam setiap kitab-kitab suci agama-agama dunia. Perjanjian Lama bertentangan secara langsung dengan Perjanjian Baru dalam banyak aspeknya. Bila Perjanjian Baru bicara mengenai "memberikan pipi yang lain" ketika dipukul, Perjanjian Lama bicara mengenai ideologi "satu mata lawan satu mata." Bila Perjanjian Lama bicara secara rinci mengenai segala macam aspek aktivitas seksual, termasuk incest (hubungan seks ayah dengan dua orang putrinya, kisah nabi Luth, pen), Perjanjian Baru memegang standar moralitas yang sangat tinggi. Tuhan dari Perjanjian Lama menuntut dan mengijinkan korban manusia. Tapi kamu akan melihat satu Tuhan yang penuh kasih dan pengertian dalam Perjanjian Baru. Disamping itu semua, Injil dari Santo Thomas ("Doubting Thomas") agak berbeda dari Injil Mattew, Mark, Luke dan John. Memang, Injil dari Santo Thomas tidak dimasukkan dalam Perjanjian Baru, mungkin karena perbedaan-perbedaannya dengan Injil-Injil yang lain. Sekali lagi, adalah salah untuk menilai suatu kitab suci dunia ini hanya dengan mengutip satu baris dari sana sini. Kita harus melihat pada ide-ide pokok dari seluruh kitab-kitab suci dan tidak arti kata dari tiap baris tertentu. APAKAH HINDU SEBUAH AGAMA SEPERTI KRISTEN? Tidak. Agama Hindu lebih merupakan cara hidup dari pada sebuah agama yang khusus. Seperti telah kukatakan sebelumnya kepadamu, dalam agama Hindu kamu dapat menemukan semua agama-agama dunia. Jain, Buddha, Sikh lahir dari agama Hindu. Agama Sikh dibentuk oleh Guru Nanak dengan menggabungkan hal-hal baik dan penting dari agama Hindu dan Islam. Sama halnya, Kristen dan Islam datang dari agama Yahudi. Adalah dari agama Yahudi baik Kristen maupun Islam mewarisi banyak prinsip-prinsip moral, dan praktek-praktek agama. Tanpa mempelajari agama Yahudi, adalah sangat sulit bagi orang untuk mempunyai gambaran yang jelas mengenai Kristen maupun Islam. Sesungguhnya, aku hendak menyimpulkan bahwa agama Hindu dan agama Yahudi adalah dua ibu dari seluruh agama-agama dunia. AYAH, APAKAH ASPEK YANG PALING PENTING DARI AGAMA HINDU? Karena ada banyak aspek dari agama Hindu, sulit sekali untuk mengatakan bahwa satu aspek lebih baik dari aspek yang lain. Namun, aku rasa bersikap benar terhadap diri sendiri adalah aspek yang paling penting dari Agama Hindu. MANA YANG LEBIH MUDAH, MENJADI ORANG PERCAYA ATAU ORANG TAK PERCAYA? Agak mudah untuk menjadi orang tak percaya. Katakan saja, "Aku tak ingin mendengar itu; aku tak percaya apapun yang kamu katakan," tutup pikiranmu terhadap kebenaran, dan seperti burung unta menyembunyikan kepalanya dalam timbunan pasir. Untuk menjadi orang percaya sejati orang harus berpikir dan mengkaji semua wilayah pemikiran. Batara Krishna berkata "Bagi mereka yang ragu-ragu tidak ada kebahagiaan baik di dunia ini maupun di dunia sana. Keragu-raguan datang dari kebodohan dan harus dihancurkan dengan pedang ilmu pengetahuan." (Bagawad Gita 4:40,42). APAKAH KAMU HARUS PERCAYA PADA AGAMA HINDU UNTUK MEMPELAJARINYA? Sama sekali tidak. Kamu dapat mempelajari agama Hindu seperti kamu mempelajari matematika, phisika atau kimia. Kamu bahkan tidak perlu percaya dengan Tuhan Pribadi (Saguna) atau Tuhan Takberpribadi (Nirguna). Kamu hanya perlu memiliki pikiran terbuka dan siap untuk mengeksplorasi wilayah-wilayah baru pemikiran. Inilah semuanya yang diperlukan oleh seseorang yang ingin mempelajari agama Hindu. Sejauh pemahamanku, mempelajari agama Hindu seperti melihat melalui sebuah kaleidoskop raksasa. Setiap kali kamu menggoyang satu kaleidoskop, kamu melihat satu gambar yang berbeda. Sama halnya, setiap kali kamu mempelajari agama Hindu kamu akan bertemu dengan satu pemikiran yang berbeda. AYAH, MENURUTMU APA YANG MENARIK DARI AGAMA HINDU? Yang utama adalah kebebasan berpikir. Itulah yang menarikku pada agama Hindu. Dimana lagi kamu dapat melihat Krishna, Buddha (yang mempertanyakan otoritas Weda-Weda), Adi Sankara (yang merevolusi pemikiran dalam agama Hindu) dan Charvaka (yang menciptakan phalsafah materialistik) dan semuanya diperlakukan dengan rasa hormat yang sama? Andaikata Buddha dan Sankara lahir dalam agama lain, mereka sudah dibakar hidup-hidup. Lihat apa yang terjadi pada Socrates dan William Tyndale. Lihat apa yang terjadi terhadap Sufi suci (a.l Al-Hallaj,di Irak, Seh Siti Jenar di Jawa, pen) ketika mereka mengatakan diri mereka adalah Tuhan, sama seperti mantra "Aham Brahmasmin" ("Aku Brahman atau Aku Tuhan."). Semua mereka itu dihukum mati karena pemikiran bebas mereka. Jadi dalam agama Hindu kamu dapat berdebat mengenai subyek apapun dan kamu tidak harus menerima apapun sampai kamu sepenuhnya yakin akan kebenaran di baliknya. Sekali lagi, agama Hindu tidak memonopoli ide-ide. Ide-ide adalah hukum tak tertulis dari alam semesta; mereka terbuka kepada semua orang yang mencari kebenaran tanpa kenal lelah. APA YANG MEMBUAT AGAMA HINDU MENJADI SUNGGUH-SUNGGUH BESAR? Agama Hindu adalah sebatang pohon beringin besar. Dari saka-sakanya (lengan-lengannya) orang dapat melihat prinisp-prinsip dari semua agama-agama besar dunia. Yoga penyerahan diri secara total yang dikatakan oleh Yesus dapat orang lihat dalam Bagawad Gita. Pernyataan sufi bahwa "Aku adalah Tuhan (Anna al Haq) orang dapat melihatnya dalam Upanishad sebagai "Aham Brahmasmin". Pernyataan Lao-Tse bahwa segalanya adalah Tao dapat dilihat sebagai "segalanya adalah Brahman" dalam Upanishad.. Hanya dalam agama Hindu orang dapat melihat kehadiran bersama yang aneh dari seorang atheis, seorang agnostik dan seorang theis. Bila Socrates dan kaum Sufi dihukum mati di Barat dan Timur Tengah, di India kita mengagumi Buddha, yang tidak mengakui otoritas Weda-Weda, dan mentoleransi Charvaka, yang meremehkan Weda-Weda dan menyerang keberadaan Tuhan. Jadi mari kita hadapi ini. Agama Hindu mengakui kenyataan bahwa rakyat berada pada level yang berbeda. Hal-hal tidak berlaku kepada semua orang dalam cara yang sama. Ibuku bisa trance hanya karena melihat gambar Batara Krishna. Tapi untuk kamu dan aku, itu tidak terbayangkan. Aku dapat menghargai syair-syair Sansekerta dalam Mahabarata, tapi bagimu mungkin itu sulit. Inilah alasannya mengapa agama Hindu, yang berisi ratusan ide-ide, akan menarik bagi semua orang. AYAH, BAGAIMANA SEBENARNYA IDE HINDU MENGENAI TUHAN? Hindu percaya pada satu Tuhan yang diekspresikan dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Agaknya, bahwa Tuhan tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang diketahui manusia. Orang Hindu tidak percaya Tuhan memiliki bentuk seperti manusia sebagaimana dijelaskan dalam mitologi atau Kitab Kejadian dalam Injil. Tidak akan salah untuk mengatakan bahwa Tuhan tidak membuat manusia dalam citraNya sebagaimana dikatakan oleh Perjanjian Lama, tapi sebaliknya manusia membuat Tuhan sesuai dengan citra (manusia itu). Tuhan sesungguhnya entitas yang abadi dan tanpa bentuk. Sama seperti Allah dalam Islam, Tao dari Taoisme, dan Ayin dari Kabbalah tidak mempunyai definisi, Tuhan dalam agama Hindu juga tidak memiliki batasan. Dalam Kabbalah, mistikisme dalam agama Yahudi, Ayin artinya "nothing" (tidak ada apapun). Ayin berada di luar eksistensi. Ayin tidak memiliki sifat-sifat. Ketika Moses bertanya kepada Tuhan, "Siapa Engkau?" jawaban datang dari semak yang sedang terbakar "Aku adalah Aku" ("I am what I am"). Itu dengan jelas membuktikan bahwa Jehovah (i am") bukan mahluk dengan sifat-sifat menusia. Injil juga menyatakan bahwa "Tuhan adalah Jiwa" (God is spirit - John 4:23-24) dan dia yang memuja dia memuja jiwa. Psalm 139:7-10 menyatakan Tuhan adalah jiwa yang ada dimana-mana. Luke 24:39 menyatakan jiwa tidak memiliki daging dan tulang. Tidak ada kata-kata atau gambar-gambar yang dapat mengekspresikan kebesaran Tuhan Kembali kepada konsep Hindu tentang Tuhan, dapat dijelaskan lebih jauh sbb : Semua datang dari satu Itu yang tidak dapat didefinisikan. Disebut Brahman (monisme). Buddhist tidak percaya pada Brahman. Mereka mengatakan hal-hal seperti itu tidak dapat didefinisikan secara tepat. Segala sesuatu datang dari Itu, maka semua keberadaan (eksistensi) adalah baik dan suci (pantheism) Hanya ada satu Tuhan (montheism) Semua dari kita adalah Dewa-Dewa. Ini tentu saja seperti mengatakan bahwa bila kamu menganalisis satu titik air laut, maka kamu mengetahui segala sesuatu mengenai seluruh laut itu, atau bahwa bila kamu mengetahui sifat-sifat dari listrik yang ada dalam bohlam, maka kamu mengetahui segala sesuatu mengenai listrik. Mencari Tuhan adalah seperti sesendok garam mencari dasar samudra.Pada saat garam itu menyentuh permukaan samudra, ia menjadi bagian tak terpisahkan dari samudra itu. Demikianlah halnya, seorang bhakta yang mencari Tuhan menjadi bagian dari Itu. APA SESUNGGUHNYA PERBEDAAN ANTARA TUHAN DENGAN KITA? Ini pertanyaan yang amat sulit untuk dijawab karena Tuhan berada dibalik semua batasan-batasan. Tapi sampai ukuran tertentu aku rasa jawabannya adalah mirip dengan energi yang ada dalam bohlam (bola lampu) dengan energi yang ada pada seluruh jaringan PLN. Energi dalam bohlam itu adalah merupakan replika yang tepat dari energi dalam seluruh jaringan, tapi energi dalam bohlam itu sangat kecil keculi ia secara terus-menerus menghubungkan dirinya dengan energi dalam jaringan. Demikianlah sekalipun kita memang Tuhan (Atman, unsur dari Brahman yang ada dalam diri kita, pen), kita tidak memiliki kekuasaan Tuhan kecuali kita menghubungkan diri secara terus-menerus dengan Tuhan. Hal itu hanya dapat di capai dengan menyerahkan diri individu kepada kehendak Tuhan. Ini lebih mudah diucapkan dari pada dilaksanakan. APAKAH MASING-MASING DARI KITA MERUPAKAN TITIK PUSAT DARI ALAM SEMESTA? Sejauh berkaitan dengan agama Hindu ide itu benar adanya. Kamu dan aku adalah titik-titik pusat dari alam semesta. Tapi "Aku" itu adalah satu. Jadi tidak ada lagi "kamu" dan "aku". Tak ada lagi subyek dan obyek. Satu dan hanya satu ...atau "aku" dengan alam semesta. Teori mengenai alam semesta yang senantiasa bertambah luas (the expanding theory of the universe) mengatakan bahwa setiap titik dalam alam semesta yang senantiasa memperluas adalah pusat dari alam semesta, dan, menurut agama Hindu, setiap mahluk dalam alam semesta adalah focal point (titik pusat) dari mana alam semesta itu muncul. Agama Hindu juga menyatakan bahwa setiap individu adalah satu Sukshma-Jagat, atau "dunia kecil" (microcosmos). Ia berasal dari keyakinan bahwa apapun yang ada dalam alam semesta juga ada dalam tubuh manusia. Manusia adalah bagian utuh dari alam semesta dan tubuh manusia dibuat dengan bahan yang sama dan sebagai demikian para orang suci Hindu mengatakan bahwa semua jawaban ada di dalam. Bila kita dapat memehami kekuatan-kekuatan yang ada di dalam, maka kita akan akan dapat memahami semua kekuatan-kekuatan dalam alam. Dalam Jahudi Kabbalah, manusia dipandang sebagai mahluk microkosmos, gambaran mini dari alam semesta. Kabbalah memiliki keyakinan yang mirip dengan agama Hindu bahwa tindakan-tindakan manusia mempengaruhi alam semesta, dan alam semesta pada gilirannya mempengaruhi kesejahteraan manusia. APAKAH AGAMA HINDU MENYATAKAN BAHWA SEMUA KEBENARAN ADALAH ABADI? Biar kukatakan ini dengan cara lain. Orang Hindu percaya bahwa ada kebenaran abadi dan dia terbuka untuk semua orang, bahkan sekalipun mereka tidak mengerti kitab-kitab suci dan ideal-ideal agama Hindu. Jadi seorang Kristen sejati, seorang Muslim sejati atau seorang Jahudi sejati secara otomatis adalah seorang Hindu sejati. Kebenaran-kebenaran ada untuk selamanya. Masing-masing nabi menemukan kebenaran-kebenaran itu secara independen dan menyampaikannya kepada dunia dalam bahasanya sendiri. Jadi apa yang disebut dengan kata "ciptaan" (invention) tidak sepenuhnya benar. Kita tidak dapat menemukan sesuatu yang tidak pernah ada dalam alam. Satu kata yang lebih baik agaknya "menemukan" (discover). Ernst Kapp, philsuf Jerman, menyatakan bahwa semua "ciptaan" (invention) sampai kepada komputer adalah perpanjangan alam dari hakikat manusia. APAKAH BENAR SEPERTI DIKATAKAN BANYAK ORANG BAHWA AGAMA HINDU ADALAH AGAMA PRIBADI? Memang benar demikian. Agama Hindu kalau saja seseorang ingin menyebut batasan-batasannya, memang sesungguhnya sebuah agama pribadi. Masing-masing orang Hindu sembahyang dan melakukan meditasi sendiri. Bhajan (menyanyikan lagu pujaan secara kelompok) adalah bagian dari perkembangan modern dalam agama Hindu. Tidak ada kata "pooja" dalam kitab-kitab Weda. Puja adalah satu bagian dari kitab-kitab mitologis dalam agama Hindu. Maharesi-maharesi besar biasa duduk dan sembahyang untuk masalah-masalah bersama dan kemudian pergi. Sembahyang semacam ini dikenal sebagai Yatna. Menurut agama Hindu, agama tiap orang adalah unik. Dia mencari ke dalam untuk semua jawaban, karena itu kita harus menyimpulkan bahwa agama Hindu adalah satu agama pribadi. Seorang Guru dapat saja seorang Raja Yoga dan muridnya bisa saja seorang Bhakti Yoga. Setiap orang mengikuti satu agama yang unik. Itulah keindahan dari agama Hindu. APAKAH TUJUAN HIDUP DARI ORANG HINDU? Tujuan Hindu dalam hidup secara populer dikenal sebagai Purusharta atau tujuan-tujuan manusia. Tujuan itu adalah Dharma (tingkah laku yang benar), Artha (kekayaan materi), Kama (cinta seks) dan Moksha (keselamatan). Semua manusia mencoba mencapai keempat tujuan-tujuan itu dalam hidup mereka. APA YANG HARUS DIKATAKAN OLEH AGAMA HINDU MENGENAI PENCIPTAAN? Menurut agama Hindu, penciptaan tidak memiliki awal dan akhir. Ia merupakan proses yang berlanjut. Lahir dan mati merupakan bagian utuh dari penciptaan. Miliaran galaksi lahir setiap hari dan miliaran juga menghancurkan dirinya sendiri tiap hari. Batara Nataraja, Dewa tarian dalam agama Hindu, adalah simbol dari siklus penciptaan dan penghancuran alam semesta. Sesuai dengan prinsip ini, energi tidak dapat diciptakan atau dihancurkan. Orang-orang Hindu menggunakan kata manifestasi ketika bicara mengenai penciptaan. Penciptaan dimanifestasikan dari Prakriti, atau Alam, dan kemudian dia kembali ke tempat dari mana ia berasal. Saya sungguh-sungguh mengharapkan kamu sekarang mengerti dengan benar pandangan agama Hindu mengenai penciptaan. APA SESUNGGUHNYA MASALAH KITA? Sejauh yang aku tahu adalah ritme dari hidup, dan ketidaktahuan manusia mengenai fakta yang penting ini menciptakan semua masalah bagi dirinya. Bahkan Rig Weda, kitab suci pertama dari agama Hindu, bicara mengenai tatanan kosmik yang dikenal sebagai Rta. Dari merobah aliran listrik kepada segala sesuatu yang lain, hidup merupakan lingkaran dan juga ritmik. Segala sesuatu di dunia berdenyut. Lihatlah cahaya. Ia hanyalah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik yang berjalan dalam gelombang yang berbeda-beda. Lao-Tse, mistikus China yang besar, mengajarkan bahwa dunia bergerak mengikuti satu pola suci yang terefleksikan dalam ritme dan gerakan siklik dari alam, dan bahwa kebahagiaan manusia tergantung dari kemampuanya untuk memahami ritme dan tatanan keteraturan dari alam semesta.Siva Nataraja, melalui tarian kosmiknya, menunjukkan kepada kita bahwa dunia ada dalam ritme, melibatkan penciptaan dan peniadaan secara serta merta. Semua materi, termasuk kamu dan aku, memiliki gerakan ritmik di dalamnya, dan permintaan kita seharusnya untuk menciptakan satu ritme harmoni yang wajar dalam diri kita sendiri. Mantra Yoga , Pranayama dan latihan-latihan lain membantu seorang manusia untuk membuat vibrasi ritmik. Menurut Mantra Yoga, semua mahluk hidup dalam semua keadaan eksistensinya memiliki bentuk tubuh yang sepenuhnya diselaraskan dengan prekuensi-prekuensi tertentu dari vibarasi itu. Mantra, satu sistem silabel (suku kata) yang dibuat dengan prekuensi-prekuensi khusus dari vibrasi, dipergunakan untuk merobah prekuensi vibrasional seseorang kepada keadaan yang lebih baik. Kamu merasa bahagia duduk dekat samudra karena vibarasi-vibrasimu mencoba untuk menyesuaikan diri dengan prekuensi dari gelombang samudra. Begitu juga dalam aspek bhakti dari semua agama dimana para bhakta memanggil Krishna, Rama, Jesus atau Jehovah, penyempurnaan akhir adalah ritme - satu pengertian tentang ritme dari alam semesta. Menurut teori alam semesta yang senantiasa berkembang (expanding theory of the universe) seperti juga teori alam semesta yang mengkerut, alam semesta itu sendiri adalah ritmik – kurang lebih bertindak sebagai satu jantung yang berdetak. Agama Hindu menyebut ritme agung dari alam semesta dengan nama spandhanam. Bumi dan alam semesta berada dalam satu tarian kosmik abadi, menurut Fitjof Capra dan bukunya yang amat terkenal, The Tao of Physics MENURUTMU APA YANG MERUPAKAN PARADOX TERBESAR DALAM HIDUP? Aku kita "Aku" yang misterius atau ego adalah paradox terbesar dalam hidup. Kita selalu berkata "aku", "miliku", "anakku", "rumahku" "mobilku", dst. Tapi kita tidak tahu jawaban atas pertanyaan "Siapakah aku?" Ketika jiwa meninggalkan badan pada waktu kematian, tubuh yang mati itu tidak berkata "aku disini", dan tidak juga jiwa yang pergi itu berkata, "aku disini di luar badan." Tapi bila jiwa dan tubuh kembali menjadi satu, kita mendengar aku" sepanjang waktu. Tidakkah kamu pikir ini paradox yang terbesar? Rasa "aku" atau "ego" membuat hidup kita menderita. Bila kukatakan padamu ada seribu rumah dihancurkan oleh bom di sebuah desa terpencil di Timur Tengah, maka kamu akan menggelengkan kepala seolah-olah tidak terjadi apapun. Tapi kalau kuberitahu kamu bahwa ada api kecil di salah satu rumah di jalan tempat tinggalmu, kamu segera menjadi panik. Tapi pada waktu yang sama, bila kamu meningkatkan rasa memilikimu dari yang terbatas menjadi yang tak terbatas, kamu akan merasa bebas. Ketika kamu berpikir mengenai anakmu kamu khawatir mengenai kesejahteraannya, tapi bila kamu berpikir mengenai semua anak-anak di dunia kamu tidak khawatir lagi dan sesungguhnya kamu menjadi amat bahagia. Dikatakan bahwa orang yang mengejawantahkan Tuhan melihat "aku" sebagai alam semesta dan alam semesta sebagai "aku." Jadi ketika ego yang terbatas menjadi ego universal, kita mencapai kebahagiaan abadi. Tentu saja, untuk merobah ego terbatas menjadi ego universal bukanlah perkerjaan mudah, tapi dengan praktek terus menerus mengenai metode berbeda untuk mencapai Tuhan kita dapat menyelesaikan tugas mahabesar (Herculean task) yang menghadapi kita semua. Menurut Ramana Maharshi, "menemukan aku yang sesungguhnya" adalah tujuan utama dari hidup manusia, dan ajarannya didasarkan atas penghapusan ego. APA YANG HARUS DILAKUKAN MANUSIA UNTUK MEMPEROLEH HIDUP BAHAGIA? Bila kamu menginginkan jawaban satu baris dariku, maka jawaban itu adalahmenjadi selaras dengan alam. Kebanyakan dari masalah manusia mulai ketika mereka berkelahi dengan alam. Manusia tahu dengan baik sekali bahwa dia tidak dapat menemukan atau menciptakan apapun yang sudah ada dalam alam. Tapi masih juga manusia bertarung melawan alam. Kembali ke alam tidak berarti hidup seperti manusia zaman batu. Ia hanya berarti membawa kembali kebenaran, cinta-kasih dan kedamaian dalam hidup kita sehari-hari. Seperti kukatakan sebelumnya, Lao-Tse mengatakan bahwa dunia bergerak dalam satu pola ritmik dan siklus, dan kebahagiaan manusia tergantung dari kemampuannya untuk memahami ritme dan sifat teratur dari alam semesta ini. Alam adalah basis dari Taoisme. |
Source : Ngakan Putu Putra |
Kumpulan Artikel Hindu
Semua Artikel yang ditayangkan ini merupakan reproduksi dari dokumen aslinya, jika ada keraguan agar memperhatikan sumbernya yang tertera dibagian bawah tulisan ini
Sabtu, 01 Juni 2013
Kelahiran dan Perkembangan Agama Hindu
Pengantar Kepada Agama Hindu
AYAH, BOLEHKAN AKU BERTANYA KEPADAMU?
Tentu saja. AKU AKAN MENGAJUKAN BANYAK PERTANYAAN KEPADA AYAH MENGENAI AGAMA KITA Silahkan ajukan pertanyaan yang kamu inginkan DARIMANA SAYA HARUS MULAI? Mulai dengan pertanyaan pertama yang muncul dalam pikiranmu OK. APAKAH AKU, SEORANG HINDU? Tentu. Kita memeluk agama Hindu, karena itu kita disebut orang Hindu, sama seperti orang yang mengikuti agama Kristen disebut Kristen. Dilihat dari satu sisi, agama Hindu adalah suatu upaya pencarian kebenaran tanpa kenal lelah. Sebagai demikian ia adalah agama untuk selamanya. Hanya ada satu Tuhan dan satu kebenaran. Weda-weda menyatakan, "Ekam Sat, Viprah Bahudha Vadanti." (Hanya ada satu kebenaran, hanya manusia menjelaskan hal ini dengan cara berbeda). Karena itu seorang Kristen, seorang Hindu, seorang Muslim dan seorang Jahudi semuanya satu dan sama. Dilihat dari sisi lain, Hinduisme bukan agama tapi satu cara hidup (a way of life). Hanya demi argumentasi, kita dapat mengatakan bahwa andaikata semua kitab suci Hindu dihancurkan pada suatu hari, agama yang sudah ada sejak zaman dahulu kala ini akan hidup kembali dalam hanya beberapa tahun, karena ia hanya mencari kebenaran yang mutlak. AYAH, SEBELUM AKU MELANJUTKAN, AKU INGIN MENGINGATKAN ANDA BAHWA AKU ADALAH SE ORANG REMAJA YANG LAHIR DI USA, JADI BEBERAPA DARI PERTANYAANKU MUNGKIN TERDENGAR AGRESIF. AKU HARAP ANDA TIDAK TERSINGGUNG. Nak, kamu dapat bertanya mengenai apapun yang kamu inginkan. Anggaplah dirimu jaksa penuntut umum, menginterogasi ayah di kursi saksi. Percaya padaku, tidak akan ada petanyaanmu yang menyinggungku. Aku akan menjawab semua pertanyaanmu selangsung mungkin. Aku tidak akan pernah membalasmu dengan jawaban balas dendam. Lagi pula, aku akan menyertakan ide-ide tentang agama lain dan ilmu pengetahuan dalam jawabanku. Aku harap kamu akan puas. SEJUJURNYA, DAPATKAH AGAMA HINDU MENGHADAPI INTEROGASI? Agama Hindu tidak mempunyai masalah menghadapi pertanyaan apapun. Ia tidak perlu bersembunyi dibalik kata-kata Sansekerta yang sulit diucapkan atau dogma spiritual. Sebaliknya ia menyerap ide-ide baru seperti sepon. Percaya atau tidak, agama Hindu memperkuat dirinya kembali (recharge) dengan pikiran-pikiran modern. Teknologi, psikologi, parapsikologi, astronomi modern, phisika baru dan genetik semua memperkaya agama Hindu. Dalam agama Hindu kamu dapat berpikir dan berargumentasi mengenai subyek apapun. Kamu bahkan dapat menyatakan "tidak ada Rama maupun Krishna" dan kamu masih tetap seorang Hindu. Agama Hindu tidak memiliki hierarki, tidak memiliki satu badan yang mengatur orang Hindu. Dalam agama Hindu kita akan jarang menemukan pernyataan dengan "Engkau tidak akan" (Thou shall not). Ketika kamu mempelajari agama Hindu kamu akan menemukan agama ini dipenuhi dengan berbagai jenis ide. Dia memiliki Advaita dan Raja Yoga yang memiliki spiritualitas yang tinggi pada satu sisi dan philafat Charvaka materialistik dan hedonistik yang tidak percaya pada Tuhan dan Weda, pada sisi yang lain, Pada satu sisi pemujaan citra adalah satu bagian dari agama Hindu, dan pada sisi lain, sebagaimana dikatakan oleh philsuf Jerman Max Muller, "Agama Weda tidak mengenal patung.". Jahala Upanishad mengatakan, "Citra dimaksudkan hanya sebagai alat bantu meditasi bagi orang yang bodoh." Mitologi kuno Hindu dipenuhi dengan berbagai macam cerita. Pada satu sisi, Advaita hanya berbicara mengenai Brahman (Yang Tak terbatas), dan lagi pada sisi yang lain, mitologi bicara mengenai ribuan dewa-dewa. Hindu sesungguhnya adalah kesatuan dalam perbedaan. Mengambil satu subyek secara acak (random) dari kitab suci Hindu akan membingungkan kamu. Tapi bila kamu duduk dan mempelajarinya semua, kamu akan mampu memahami kebenaran yang sejati dalam semua kitab-kitab suci Hindu itu. Dewasa ini banyak tersedia buku-buku agama Hindu dalam bahasa Inggris dan lainnya sehingga pengetahuan bahasa Sansekerta bukan suatu keharusan untuk mengerti kitab-kitab suci Hindu AYAH, SEBELUM ANDA MENJELASKAN LEBIH LANJUT, AKU INGIN MENGAJUKAN SATU PERTANYAAN YANG KRITIS. MOHON JANGAN TERSINGGUNG. PERTANYAANKU ADALAH, WEWENANG APA YANG ANDA PUNYAI UNTUK BERBICARA TENTANG AGAMA HINDU? Saya senang kamu mengajukan pertanyaan ini. Arjuna, pangeran-ksatria dalam epik Mahabarata, mengajukan pertanyaan yang sama kepada Krishna selama pemaparan Bhagawad Gita, kitab suci Hindu itu. Krishna, sebagai jawaban atas Arjuna, menunjukkan swaroopa (Bentuk dari Yang Tak Berbentuk yang Agung) dan Arjuna yang terkagum-kagum menyaksikan seluruh alam semesta bergerak dalam badan Tuhan. Arjuna mendapat jauh lebih banyak jawaban dari yang dimintanya. Well, aku tidak dapat menunjukkan kepadamu hal seperti itu untuk membuktikan pendapat-pendapatku. Kamu boleh tertawa, tapi karena bahkan Arjunapun menanyakan kewenangan Krishna, adalah tepat sekali bagimu untuk mengajukan pertanyaan yang sama. Pada sisiku, aku hanya dapat mengatakan bahwa aku hanyalah seorang pencari kebenaran yang sederhana seperti banyak orang lain. Tentu saja aku telah membaca banyak buku (kurang lebih 500) mengenai agama Hindu dan semua agama-agama lain. Maksudku hanyalah untuk meletakkan di hadapanmu sejarah dari agama Hindu dan hal-hal penting yang lain mengenai agama Hindu. Setelah mendengar jawabanku, kamu pada bagianmu sendiri harus menginvestigasi kebenaran dari pernyataanku. Pada saat ini, ijinkan aku mengulangi satu stanza dari kitab suci - Tiada seorangpun tahu apa yang benar dan apa yang salah; - Tiada seorangpun tahu apa yang baik dan apa yang buruk; - Ada satu dewa yang bersemayam dalam dirimu; - Temukan dan ikuti perintah-perintahnya. Itulah jawabanku. Mohon dimengerti bahwa dewa yang disebut dalam stanza di atas tidak lain adalah "suara hati nurani" (inner voice) mengenainya Aurobindo, mistikus modern Hindu telah menulis berpuluh buku. Aku hanya ingin menunjukkan kepadamu bahwa semua jawaban final adalah di dalam. Seperti seorang guru Zen, aku ingin mengatakan bahwa mencari jawaban di luar diri adalah sia-sia dan bodoh. Buddhis Zen mengatakan bahwa kebenaran tidak dapat diajarkan melalui kata-kata yang keluar dari mulut dan bahwa pengetahuan yang sejati hanya datang dari pengalaman pribadi. Sekali lagi please, jangan ambil stanza di atas sebagai lampu hijau bagi perilaku tak bermoral dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan perintah emosi. Emosi dalam diri kita sangat menipu. Emosi itu bisa keluar dengan otoritas intelektual dan membuat setiap tindakan buruk kelihatan memiliki arti. Emosi itu bahkan menipu maharesi besar untuk mempercayai sentimen egoistik pribadi mereka dan bertindak dengan sangat bodoh. Maka hati-hatilah dengan stanza yang aku kutip di atas. APAKAH AGAMA HINDU SATU-SATUNYA JALAN UNTUK MENCAPAI TUHAN (GOD-REALIZATION)? Satu hari seorang gentelman berkata kepada seorang Philsuf Amerika yang terkenal bahwa ia telah mempelajari hampir semua philsafat dan agama-agama dunia, dan ia akhirnya yakin bahwa agama Kristen sesungguhnya merupakan satu-satunya philsafat dan agama yang benar. Emerson (Ralph Waldo) menjawab : "Itu hanya menunjukkan, my friend, bagaimana sempitnya anda membaca mereka." Pernyataan yang sama juga berlaku bagi agama Hindu. Tiada seorangpun mempunyai hak untuk mengatakan agama Hindu adalah satu-satunya jalan. Sesungguhnya, orang-orang Hindu akan merasa absurd untuk mengatakan bahwa agama-agama lain di dunia ini sebagai palsu. Bagawad Gita (4:11) berkata, "Jalan manapun yang ditempuh manusia untuk mendekati Aku, dengan jalan itu Aku terima mereka; jalan manapun yang mereka pilih pada akhirnya mereka akan mencapai aku." Dari sloka ini, setiap orang dengan mudah mengerti bahwa agama Hindu tidak memproyeksikan dirinya sebagai satu-satu jalan untuk pengejawantahan Tuhan. Agama Hindu tidak mengklaim monopoli atas kebijaksanaan. Agama Hindu mentoleransi semua bentuk pemikiran. Seorang Yogi Hindu tidak akan pernah mencoba untuk mengkonversi seseorang dari agama lain ke dalam agama Hindu. Sebaliknya ia malah akan mencoba orang tersebut setia kepada agamanya. Bagawad Gita menyatakan : "Dalam bentuk apapun seorang bhakta menyembahKu dengan yakin, Aku akan membuat ia setia dalam bentuk itu sendiri." Jadi dalam agama Hindu, kamu dapat memuja Yang Maha Kuasa, yang tidak berbentuk dan abadi, sebagai Krishna, Rama, Hyang Widhi atau yang lain. Selama kamu memiliki keyakinan dalam bentuk Yang Kuasa itu, kamu akan mengikuti satu agama yang benar dan kamu pada akhirnya akan mencapai kebenaran, sekalipun kamu mengikuti bentuk pemujaan yang kasar. Menurut agama Hindu tiada seorangpun akan tersesat.Melalui jalan manapun seorang mencari Tuhan, dia akan selalu berada di jalan Tuhan. Bila seseorang menyebut "Itu" (It) Krishna, "Itu" akan datang sebagai Krishna. Bila seseong menyebut "Itu" Rama, dia akan datang sebagai Rama. Bahkan bhakta Hindu yang paling terkenal, Maharesi Narada, dalam Sutra kedua dari Narada Bhakti Sutra, menyebut Tuhan dengan nama Asmin, artinya "Itu (That, Tat)." Kaum mistikus Muslim yang besar, kaum Sufi, mengatakan, "Kemanapun kamu memalingkan wajahmu, di sanalah Wajah Allah." Dalam semua bentuk pemujaan, pada akhirnya sang pemuja akan mengatasi (transcend) nama dan bentuk dari Tuhan pribadinya (personal God, Istadewata, pen). Lihatlah tulisan-tulisan dari Chaitanya, Sri Ramakrishna Paramahamsa, St. Francis dari Asisi, atau para mistikus Sufi.. Chaitanya menyeru Vital dan Ramakrishna menyeru Ibu Kali. Tapi kita mempelajari semua karya-karya di atas, kita dapat melihat bahwa yang Mutlak yang mereka cari atau ikuti tidak memiliki nama dan berada di luar kemampuan manusia untuk menggambarkannya. Semua dari mereka mulai dengan mengikatkan diri mereka pada satu Istadewata (personal God) dan berakhir dengan satu Yang Maha Kuasa yang abadi dan tidak berbentuk. Kata Islam berarti pasrah kepada kehendak Allah," dan Allah tidak memiliki definisi yang tepat. Seorang Muslim sejati menyembah Allah yang tidak bernama dan berbentuk, yang sesungguhnya Kekuasaan Yang Tertinggi. Kaum Muslim keberatan dengan sebutan "Mohammedanism" karena kata itu mengandung arti pemujaan kepada Mohammad. Kaum Muslim tidak pernah memuja Muhammad. Seluruh orang Muslim percaya pada kalimat sahadat : "Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusanNya." Allah adalah seperti Tao dari Taoisme, Brahman dari agama Hindu, Ayin dari mistik Yahudi Kabblah, atau Jehovah (Aku, I Am) dari Perjanjian Lama. Dia tidak bernama, tidak dapat didefinisikan, kekuatan atau mahluk murni dari mana segala sesuatu berasal. Tidak ada agama yang memiliki hak monopoli atas Tuhan. Mengatakan itu persis sama dengan mengatakan "Matahari hanya terbit di New York dan (hanya) terbenam di pantai Honolulu. Matahari yang bersinar di kolam-kolam rumah-rumah besar (mansion) di Berverly Hill dan New York juga bersinar di kampung-kampung kumuh di Kalkuta atau Jakarta di gurun-gurun pasir di Arab. Sama halnya, Tuhan yang kamu lihat dalam Bagawad Gita adalahTuhan yang sama yang kamu lihat dalam Injil atau Al Quran APAKAH AGAMA HINDU PERCAYA DENGAN KONVERSI SECARA PAKSA? Sama sekali tidak. Seorang penganut Hindu sejati tidak akan melakukan proselitasi (mencari pengikut baru dari orang-orang yang sudah beragama lain), tapi orang-orang Hindu dengan gembira akan menerima setiap orang yang ingin masuk Hindu karena mencintai nilai-nilai atau ajaran Hindu. Bagawad Gita mendesak semua orang untuk mengikuti agama dimana orang itu lahir. Orang-orang Hindu tidak pernah membuat janji-janji palsu kepada orang yang baru masuk Hindu. Sama seperti orang Hindu, orang-orang yang beragama Yahudi juga toleran terhadap keyakinan lain. Orang-orang Yahudi juga tidak pernah membujuk orang lain untuk ikut agama mereka. Tentu saja banyak orang lain yang masuk agama Yahudi, tetapi orang-orang Yahudi tidak pernah mempropagandakan agama mereka secara aktif. Untuk sebatas tertentu, sama seperti agama Hindu, agama Yahudi juga merupakan satu cara hidup (a way of life) Lagipula orang Hindu melihat agama sebagai satu ilmu dasar (basic science). Pernahkah kamu mendengar seseorang dikonversikan kedalam ilmu kimia India, Phisika Inggris? Karena itu akan terasa absurd bahkan hanya untuk membicarakan konversi. Hanya ada satu kebenaran. Semua dari kita memiliki hak yang sama terhadap kebenaran itu, sama halnya kita memiliki hak yang sama terhadap Effect Raman India, Teori Quantum dari Yahudi-Jerman Einstein, atau percobaan Edison yang orang Amerika. Bagawad Gita, Injil, Torah, Quran, Dammapada, dan kitab suci lainnya terbuka bagi semua orang. Semua kita memiliki hak yang sama untuk mengutip Krishna dan Lao-Tse dan Socrates dan Mohammad dalam kalimat yang sama. Sama seperti ilmu pengetahuan yang terbuka bagi setiap orang, demikian juga semua agama. APAKAH AGAMA HINDU TOLERAN TERHADAP AGAMA-AGAMA LAIN? Dalam agama Hindu, toleransi bukan hanya sekedar soal kebijakan tetapi merupakan satu keyakinan dasar (an article of faith). Sejarahwan seperti H.G. Wells mengatakan bahwa raja-raja Hindu sesungguhnya menerima dengan tangan terbuka misionaris Kristen, kaum fakir Islam dan biksu Buddha untuk pertukaran pikiran yang bebas. Sebenarnya, raja Hindu terbesar, Ashoka (269-232 SM), mengganti agamanya menjadi Buddhis dan menyebarkan agama Buddha ke seluruh India. "Hukum Dharma" atau kebenaran dan inskripsi epigrafi yang ditinggalkan oleh Ashoka di berbagai batu karang dan pilar di seluruh India sama bersejarahnya dengan "Bill of Rights" dari USA. Anakku, bila kamu ingin belajar mengenai satu-satunya raja di seluruh sejarah India, maka raja itu adalah Raja Ashoka. H.G. Wells, yang tidak pernah memberikan pujian kepada raja manapun dalam buku sejarah dunia yang ditulisnya, membuat satu pengecualian mengenai Ashoka dan menulis, "nama Ashoka bersinar terang sendirian, satu bintang dalam sejarah dunia." Salah seorang rasul Kristen terbesar, Saint Thomas, datang ke Madras India untuk menyebarkan agama Kristen di India, dan meninggal di Mylapore, Madras. Adalah fakta bahwa pada tahun 70 AD, ketika orang-orang Roma menjadikan orang-orang Kristen sebagai makanan singa di Eropa, di Kerala orang-orang Kristen menyembah Saint Thomas di gereja. Bahkan dewasa ini, ketika orang-orang Yahudi dianiaya di seluruh dunia, di Cochin, India, mereka memiliki kebebasan tak terbatas untuk beribadah di Synagoge. (Orang Yahudi datang ke India pada abad 5 A.D). Sesungguhnya banyak orang Yahudi yang dikirim ke Israel dari Kerala telah kembali lagi ke India karena ini adalah negeri yang sangat toleran. Dewasa ini, ketika orang Yahudi tidak boleh dikonversi menjadi Kristen di Israel, ketika orang tidak boleh membawa Injil di Arab Saudi, dan ketika orang Muslim tidak boleh dikristenkan di Malaysia, ribuan orang Hindu di India dikonversi menjadi Kristen. India kini memiliki seminari Katolik yang terbesar di dunia - hampir 3,856. (Dewasa ini ada gerakan dari organisasi Hindu untuk mengkonversi kembali orang-orang Hindu yang beralih agama sebelumnya. Missi Kristen sering menimbulkan ketegangan dengan orang-orang Hindu di India. Tahun lalu satu keluarga missi Protestan dari Australia dibunuh dalam mobilnya. Orang-orang Hindu di India kini tampaknya menyadari toleransi tidak berarti menerima segalanya. Sikap toleran tanpa batas ini merugikan orang-orang Hindu sendiri. Seperti dikatakan oleh philsuf besar Hindu, Sarvepalli Radhakrishnan, Hindu menderita karena toleransinya, pen). Seorang penganut Hindu sejati tidak pernah mencerca agama lain. Dia menerima kebenaran yang ada pada setiap agama. Seorang suci Hindu dengan bahagia membaca Bible atau Quran pada para pengikutnya. Swami Vivekananda berkata, "Saya bangga menjadi pemeluk satu agama yang mengajarkan kepada dunia toleransi dan penerimaan universal. Kita percaya tidak hanya pada toleransi universal, tapi kita menerima bahwa semua agama sebagai benar. Seperti sungai yang berbeda yang memperoleh mata air mereka di sumber yang berbeda, semuanya menjadi satu di samudera, demikianlah jalan yang berbeda yang dijalani oleh tiap orang dengan kecenderungan yang berbeda, sekalipun beragam tampaknya, bengkok atau lurus, semua menuju Tuhan." AYAH, APAKAH ORANG HINDU DIIJINKAN MEMPELAJARI AGAMA-AGAMA LAIN? Tentu saja, anakku. Agama Hindu tidak saja mengijinkan tapi sesungguhnya mendorong kita untuk mencari kebenaran dari segala sumber. Agama Hindu secara tegas melarang perbandingan dari metoda-metoda lain untuk penggejawantahan Tuhan (God realization), karena semua metoda adalah benar dan semua membawa para pemuja pada Tuhan. Setelah mempelajari agama Hindu dengan baik, seorang Hindu harus membaca dan mempelajari semua agama-agama lain yang benar. Dengan demikian dia melihat agama Hindu sebagai ensiklopedi dari agama-agama. Bila seorang mengetahui agama Hindu dengan baik, maka Bible, Quran dan Adi Grantha (kitab suci agama Sikh) akan menjadi bacaan menarik. Salah satu dari Purana Hindu yang besar, Srimad Bhagawatam mengatakan, "Seperti lebah madu mengumpulkan tetesan madu dari bunga-bunga yang berbeda, orang bijaksana menerima saripati dari kitab suci yang berbeda dan melihat hanya hal-hal yang baik dalam semua agama." Dengan ideologi semacam itu, seorang Hindu seharusnya terdorong untuk membaca semua buku-buku agama-agama dunia. AYAH, APAKAH AGAMA HINDU MEMPUNYAI PAUS? Tidak. Seperti telah aku katakan sebelumnya, dalam agama Hindu tidak ada hierarki jabatan. Seorang dari maharesi zaman dulu, Adi Sankara, mendirikan 4 pertapaan di sudut-sudut India yang berbeda, yang secara populer dikenal dengan nama Sankaramath. Pertapaan itu ada di Sringeri (Mysore), Badrinath (Himalaya), Dwaraka (Gujarat) dan Puri (Orissa). Pendeta kepala pada tiap pertapaan itu disebut Sankaracharya, dan para pendeta di pertapaan itu mengajarkan seluruh aspek agama Hindu kepada orang Hindu. Tentu saja, pertapaan ini tidak mempunyai kekuasaan untuk mengatur kehendak pribadi dari orang Hindu. Ada banyak pertapaan di India di luar dari empat yang aku sebutkan di atas. Semuanya bebas satu sama lain, semua mengajarkan nilai-nilai dan cita-cita Hindu dengan cara-cara mereka sendiri tanpa mengkeritik yang lain. Tiada seorangpun di keluarkan dari agama Hindu (excommunicated), dan tidak seorangpun dihukum (karena memiliki pemikiran yang berbeda,pen) dalam agama Hindu. Agama Hindu pernah memiliki orang-orang revolusioner seperti Buddha (yang menolak mengakui otoritas Weda-Weda) dan Adi Sankara (yang menyebarkan phalsafah Advaita), tapi agama Hindu tidak pernah memiliki Martin Luther dan tidak akan pernah, karena agama Hindu terbuka terhadap segala macam kritik dari segala arah. AYAH, APAKAH MUNGKIN MENGEKSPRESIKAN "KEBENARAN YANG HALUS (SUBTLE TRUTHS)" DALAM BAHASA YANG SEDERHANA? DAPATKAH PIKIRAN MANUSIA MENYADARI KEBENARAN TERAKHIR (ULTIMATE TRUTHS)? Aku menjawab "tidak" untuk pertanyaanmu. Agama Hindu dimulai dengan Sruti, "itu yang terdengar". Guru-guru zaman Weda yang seperti Kristus, yang disebut Rishi, mendengar kebenaran abadi dalam hati dan pikiran mereka dan mengajari para murid mereka secara telepathi, melalui transfer pikiran yang sebenarnya. Baru kemudian bahasa seperti Sansekerta dan Pali muncul. Untuk jangka waktu yang sangat lama belum ada teks tertulis. Weda-Weda dan Upanishad diajarkan melalui sloka-sloka yang dinyanyikan (chanted lyrics) Kita tahu bahwa pikiran adalah media yang paling baik untuk mewujudkan ilmu pengetahuan, tapi karena kita tidak dapat mentransfer pikiran, kita mengungkapkannya dalam bahasa-bahasa. Bahasa verbal lebih baik dari bahasa ucapan dalam menyatakan pikiran-pikiran. Sansekerta, Pali, Latin, Yunani dan Ibrani dipergunakan untuk menyatakan pikiran-pikiran di zaman dahulu. Dikatakan bahwa konon Jesus berbicara dalam bahasa Armenia dan beberapa tahun setelah penyalibannya Perjanjian Baru ditulis dalam tiga bahasa : Ibrani, Aramaic dan Yunani. Perjanjian Baru masih memelihara beberapa pernyataan dalam bahasa Aramaic seperti "Eli, Eli, Lama Sabachthani" - "Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkanku ("My God, my God, why has Thou forsaken me?") (Matthew 27:46). Dalam abad 15, versi pertama Injil dalam bahasa Inggris ditulis oleh William Tyndale (1525). Malangnya, dia dituduh bidaah (menghujat Tuhan) dan kemudian dibakar hidup-hidup di tiang pancang. Setelah Tyndale, berturut-turut tujuh versi Injil ditulis dalam bahasa Inggris, versi terakhir, versi King James, yang paling populer, dikompilasi oleh sejumlah besar teolog dibawah pimpinan Raja James dari Inggris dalam tahun 1611. Malangnya, bahkan edisi pertama dari versi King James ini mengandung lebih dari 300 kesalahan di dalamnya (How We Got the Bible, Neil R. Lighfoot). Ini hanya menunjukkan bagaimana sulitnya menuliskan pikiran dalam kata-kata. Terpisah dari itu, Injil itu penuh dengan angka-angka simbolis. Misalnya, 666 adalah untuk Antikristus dan 12 adalah untuk kemampuan spiritual. Semua hal-hal baik diasosiasikan dengan angka 12 : duabelas rasul, duabelas anak Jacob, duabelas suku Israel, duabelas pintu surga, dst. Dengan dasar simbolisme seperti itu, terjemahan Injil akan menjadi lebih sulit lagi. Dewasa ini bahasa Inggris dipergunakan oleh masyarakat secara luas - vokabolarinya sudah berkembang demikian maju, dan menjadi alat utama untuk menyampaikan pikiran-pikiran. Jadi bahasa Inggris mungkin satu-satunya bahasa di dunia yang dapat menyampaikan kebenaran dalam bentuk yang dapat dimengerti. Kita beruntung, kita juga mempunyai matematika, phisika dan ilmu lainnya yang membantu kita untuk memahami kebenaran yang halus dewasa ini. Lagipula, pengertian adalah suatu yang sangat pribadi. Misalnya, "E=mc2" mungkin hanya beberapa huruf bagi orang biasa, tapi bagi mahasiswa sains angka itu berbicara banyak sekali. Jadi kebenaran abadi hanya dapat dimengerti bila kita berkembang cukup tinggi untuk memahaminya. Ini juga benar untuk agama Hindu, Kristen, Islam dan agama-agama lain. Taoisme mengatakan bahwa impresi (kesan) dari kehidupan tidak dapat disampaikan dengan kata-kata. Mistikus China Lao-Tse mengatakan, "Dia yang tahu tidak pernah mengatakan. Dia yang mengatakan tidak pernah tahu." Ini menunjukkan bahwa kebenaran yang halus memang sulit sekali untuk dinyatakan dengan kata-kata, karena kata-kata akan mencoba membatasi ukuran mereka. Adalah benar untuk menyimpulkan bahwa pikiran manusia tidak akan pernah dapat membayangkan kebenaran terakhir dari alam semesta. Memang Einstein mencoba untuk mengembangkan "a unified field theory" (apa terjemahannya ini? pen.) untuk menjelaskan teka-teki dari alam semesta, tapi ia gagal dengan sangat menyedihkan.. Akhirnya ia mengakui kekalahannya dan berkata ; "Pikiran manusia tidak mampu memahami alam semesta. Kita seperti anak kecil memasuki perpustakaan yang maha besar." Gauthama Buddha dengan jelas mengatakan bahwa hanya dengan mengatasi eksistensi manusia, seseorang dapat memahami realitas tertinggi. Itulah mungkin alasannya mengapa Buddha, yang meninggalkan negara sebagai seorang pangeran muda untuk memperoleh penyembuhan yang cepat (instant remedy, obat mujarab) bagi usia tua dan kematian, kembali dengan delapan jalan ke Nirwana yang terkenal. Andaikan ada jawaban siap pakai bagi teka-teki alam semesta, guru-guru agung seperti Buddha sudah pasti akan menyerahkannya kepada dunia. Karena jawaban-jawaban mereka samar-samar (ambiguous) bagi hampir semua dari kita, kita harus menghadapi kenyataan bahwa kebenaran terakhir ada di luar pikiran dan di luar persepsi dualitas. Dewasa ini, terikat pada kursi rodanya, tidak mampu bicara karena dilumpuhkan oleh satu penyakit yang tak dapat disembuhkan, ahli phisika Inggris yang besar Stephen Hawking mencari Grand Unification Theory (sekali lagi, apa ini terjemahannya, teman-teman phisikawan mungkin bisa bantu, pen.) yang akan menjelaskan semua teka-teki alam semesta. Apakah ia akan berhasil? Apakah ia akan sanggup membuka kunci misteri alam semesta? Ini sebuah pertanyaan yang berharga satu miliar dolar. Alam semestanya Isaac Newton sudah sempurna, linear dan dapat diduga. Alam semestanya Einstein jadi agak tidak dapat diduga dan mengambil satu pola gelombang (took on wave patterns, nah ini lagi?pen.). Para ilmuwan dewasa ini menyatakan bahwa alam semesta agak kacau dan tak dapat diduga. APAKAH AYAH BETUL-BETUL BERPENDAPAT BAHWA KATA-KATA DAPAT SALAH DITERJEMAHKAN DAN SALAH DIMENGERTI? Ya memang. Karena kekurangan kata-kata dalam bahasa Aramaik, Kristus dipaksa menggunakan kata-kata seperti "Kerajaanku," dan "Aku adalah Raja" untuk menjelaskan kebenaran yang halus mengenai spritualitas kepada rakyat. Tapi kata-kata yang sama itu membuat orang-orang Roma marah, karena kerajaan" dan "raja" memiliki arti yang sama sekali berbeda bagi mereka. Lihat pada kehidupan para Sufi. Seperti guru-guru Hindu yang sudah mendapat pencerahan mengatakan "Aku Brahman" (Jiwa), masing-masing dari mereka (para Sufi itu) mengatakan "Aku Tuhan". Tapi kaum fundamentalis Islam pada zaman itu tidak dapat menangkap makna sejati dari ucapan kaum Sufi besar itu, dan semua Sufi itu dihukum mati. Sepanjang sejarah kamu dapat menemukan banyak contoh dari kesalah-pahaman semacam itu yang disebabkan oleh kemiskinan vokabulari dalam bahasa. Kristus berkisah dengan parabel, dan kita juga mempunyai kisah-kisah mitologis untuk menjelaskan kebenaran yang halus dari alam. Aku rasa andaikata Krishna, Buddha atau Kristus datang kembali dewasa ini, mereka akan menggunakan elektron, DNA, elektromagnetik dan konsep-konsep ilmiah lain untuk menjelaskan kebenaran yang halus itu. AYAH, APAKAH ANDA PIKIR SEJARAH DAN TRADISI MEMILIKI PERANAN PENTING DALAM SETIAP KITAB SUCI AGAMA? Tepat demikian adanya. Sejarah agama Hindu berkembang secara amat perlahan. Itulah sebabnya mengapa dalam Rig Weda, kita melihat satu masyarakat nomad yang baru menetap di tepi-tepi sungai Indus, menyembah segala macam dewa-dewa alam dan mengatakan : "Pada akhirnya, siapa yang tahu, siapa yang dapat mengatakan dari mana semuanya ini datang dan bagaimana penciptaan terjadi?" Lihatlah kitab suci yang paling tua, Manusmerti. "Hukum Manu" sesungguhnya adalah sejarah dari suatu masyarakat nomad yang berakar pada tepi-tepi Sungai Indus. Selama periode Rig Weda bangsa Arya selalu terlibat dalam peperangan, dan minum dan judi merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya mereka. Yang meminum Sura dikenal sebagai Para Sura atau Dewa, dan yang menolak meminum minuman ini dikenal sebagai Asuras. Kamu akan melihat bahwa Manu membatasi kebebasan manusia dalam berbagai cara. Dia juga meletakkan dasar-dasar sistem kasta. Sama halnya, lihat dalam Exodus di Perjanjian Lama. Dalam menceritakan kepada kita eksodus dari orang Jahudi dari Mesir, kitab ini menggambarkan satu masyarakat yang mengampuni perbudakan. Perjanjian Lama adalah sejarah sebenarnya dari orang Jahudi pada zaman itu. Jadi saya sepenuhnya setuju dengan kamu, hampir semua kitab suci di dunia ini merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah dan tradisi. APAKAH METAPORA MERUPAKAN SATU BAGIAN DARI KITAB SUCI? Mungkin banyak yang tidak setuju denganku, tapi aku harus mengatakan bahwa metapora merupakan bagian utuh dari kitab suci semua agama. Penyair dalam diri orang suci telah mengambil bagian dan menulis ketentuan-ketentuan atau isi dalam hampir semua kitab suci agama-agama dunia. Kita akan segera menemukan baris-baris yang sama seperti "Pemakan Teratai" (Lotus Eaters) dari Tennyson dalam semua kitab suci agama-agama dunia. Karena itu kitab-kitab suci agama-agama harus di scan untuk mendapat arti yang tepat dari pada mengangap benar setiap kata yang tertulis. Kita akan melakukan kesalahan yang amat besar kalau kita mencoba manganalisis arti harfiah dari kitab-kitab suci itu. Sesungguhnya, pada tanggal 14 Desember 1990, Paus Johanes Paulus II mengingatkan orang-orang Kristen atas penerjemahan secara literal dari Bible. "Buku-buku dari Bible memiliki Tuhan sebagai pengarang, tetapi manusia yang menyusun buku-buku itu juga adalah pengarang yang sebenarnya." Dia menambahkan bahwa arti esensial dari Bible akan hilang dalam terjemahan yang didasarkan secara tegas pada fakta-fakta yang dapat diamati. APAKAH ANDA MENGATAKAN BAHWA ADA SEORANG PENYAIR DALAM SETIAP ORANG SUCI (NABI, RASUL, MAHARESI), DAN BAHWA SEMUA TULISAN-TULISAN DAPAT TERDIRI ATAS KEBENARAN DAN JUGA UNSUR-UNSUR DARI IMAGINASI ORANG SUCI ITU? Kamu mengatakan hal itu dengan benar. Aku tidak akan dapat mengatakan dengan kata-kata yang lebih baik. Jadi semua kitab suci tidak harus diikuti kata demi kata, tapi kitab-kitab suci itu discan untuk menemukan kebenaran. Ini berlaku untuk agama Hindu dan semua agama lain termasuk agama Kristen. AYAH, SIAPAKAH ORANG ATHEIS ITU? APAKAH ORANG ATHEIS DAN ORANG AGNOSTIK ITU SATU DAN SAMA? Kata "theism" berarti "percaya pada Tuhan atau Dewa-Dewa." Jadi kata "atheism" berarti tidak adanya keyakinan akan Tuhan, atau keyakinan bahwa Tuhan atau Dewa-Dewa itu tidak ada dalam bentuk apapun. Jadi secara singkat, seseorang yang tidak percaya pada adanya Tuhan adalah seorang atheis. Seorang agnostik, pada sisi lain, adalah seorang yang percaya bahwa ada sesuatu di luar pikiran manusia. Seorang agnostik mungkin percaya mungkin pula tidak percaya pada Tuhan. Jadi seorang agnostik bisa seorang theis atau seorang atheis. Istilah "gnostic" atau "agnostic" dibuat oleh philsuf-pemikir Thomas Huxley pada tahun 1869. "Gnostic" berasal dari akar kata "gnosis", artinya "mengetahui" (to know). Penjelasan terbaik dari kedua istilah ini terdapat dalam Catholic Encyclopedia sebagai berikut : "Seorang agnostic bukanlah seorang atheis. Seorang atheis menolak keberadaan Tuhan, sesorang agnostik mengakui ketidak-tahuannya mengenai keberadaaan Tuhan. Bagi orang agnostik, Tuhan mungkin ada, tapi akal tidak dapat membuktikan keberadaan atau ketidak beradaanNya." APAKAH ANDA HENDAK MENGATAKAN KEBANYAKAN ORANG ADALAH AGNOSTIK? Saya hendak mengatakan beberapa intelektual agnostik, tapi pada saat yang sama, kebanyakan massa yang tidak terdidik adalah orang-orang beriman. Kebanyakan agama menggunakan ketakutan kepada Tuhan dan neraka untuk membuat rakyat percaya kepada agama itu. Tapi hal ini tidak akan pernah kamu temui dalam agama Hindu, dimana seorang yang percaya, seorang atheis dan seorang agnostik dapat hidup berdampingan dengan bahagia. Mari kita lihat kasus Bertrand Russell. Banyak yang melihat dia sebagai seorang atheis, tapi ia sesungguhnya seorang agnostik. Dia mempertanyakan segalanya tapi ia tidak pernah sampai pada satu kesimpulan. Satu-satunya kesalahan yang ia lakukan adalah menulis satu buku berjudul "Why I Am Not a Christian." Dia seharusnya tidak memberi judul bukunya seperti itu, sebab ia tidak memiliki hak untuk melukai perasaan jutaan pemeluk teguh agama Kristen di seluruh dunia. Dia seharusnya memberi judul bukunya "The Doubts I Have About World Religions." Itu akan menyelamatkan dia dari kritik-kritik yang tidak perlu dari berbagai pusat-pusat agama dan juga penolakan terhadap tugas mengajar di New York City College. Bagaimanapun aku kira dia tidak pernah menulis bahwa Tuhan itu tidak ada. Karena itu akan berlawanan dengan gayanya, menolak atau menyetujui sesuatu yang ia sendiri tidak memiliki ide atau definisinya. Russell tidak menolak Tuhan, karena ia tidak dapat mendefinisikan Tuhan. Dari sudut pandang agama Hindu, orang bisa menghormati dan mengagumi orang-orang seperti Russell, Freud dan Darwin. Agama Hindu memiliki saham dalam atheisme dan agnotisme. Philsafat Charvaka dan pada sisi tertentu philsafat Vaisesika mempertanyakan keberadaan dari satu Tuhan personal (Saguna Brahman, pen). Reshi Kanada, pendiri dari philsafat Vaisesika, hanya menyebut Tuhan dengan "Itu" (That, Tat, pen) dalam seluruh tulisannya. AYAH, APAKAH ANDA BERMAKSUD MENGATAKAN BAHWA SEORANG AGNOSTIK AKAN MENJADI AGNOSTIK UNTUK SELAMANYA? Seluruh kitab suci Hindu menunjuk pada kenyataan bahwa agnotisisme merupakan titik awal dari pencarian kebenaran tanpa lelah. Sama seperti sesendok garam pergi mencari kedalaman sasmudra dan menjadi bagian tak terpisahkan dari samudera itu, seorang agnostik akhirnya akan menemukan kebenaran sejati bila ia tetap teguh dalam pencarian kebenaran itu. Tapi sama seperti Buddha, dia tidak akan sanggup menjelaskan kepada dunia kebenaran yang ia temukan,karena kebenaran itu berada diluar batasan atau perbandingan. Saya rasa kebanyakan agnostik akan menjadi pribadi seperti J. Krishnamurti dan Buddha, asalkan saja mereka tidak mencoba mencari jawaban-jawaban intelektual atas teka-teki alam semesta. Sebagai seorang anak yatim-piatu, Krishnamurti dipungut oleh mendiang Annie Besant untuk menjadi pemimpin besar dari Theosphical Society. Tapi bersama dengan berjalannya waktu Krishnamurti mengatasi (transcend) semua kedudukan dan kekuasaan dan mempertanyakan integritas dari segala sesuatu dalam setiap agama. Akhirnya ia menjadi sebuah lembaga sendiri dalam dirinya, tanpa ego setitikpun . Tentu saja, Krishnamurti bukan sama sekali agnostik. Dia adalah seorang ahli logika (logician) dengan kemampuan yang sangat besar. Jadi sejauh menyangkut agama Hindu, agnotisme adalah titik awal dari pencarian kebenaran tanpa kenal lelah. AYAH, APAKAH ANDA PERCAYA PADA TUHAN? Anakku, aku datang dari keluarga yang sangat religius dan karena itu aku percaya pada Tuhan dan kadang-kadang bahkan percaya pada Tuhan yang sangat bepribadi (Saguna Brahman). Kadang-kadang aku lihat Tuhan sebagai satu entitas (pribadi) tanpa perasaan atau kesadaran. Sesuai dengan tempat dan waktu, konsepku mengenai Tuhan berobah. Ketika aku masih remaja aku tidak mempunyai masalah dengan memvisualisasikan "Dia" sebagai Batara (Lord) Krishna, ketika aku menjadi lebih tua aku mulai melihat "Dia" sebagai sumber kekuatan, sesuatu di luar imajinasiku yang paling liar sekalipun. Tentu saja, aku tidak ada masalah mendengar seseorang yang menjelaskan "Dia" sebagai Batara Krishna atau Yesus atau Allah atau Jehovah atau Buddha atau sesuatu yang lain, tidak pula aku keberatan mendengar orang yang menjelaskan "Dia" sebagai suatu yang tanpa bentuk, tidak musnah, abadi, tidak lahir, entitas yang tidak terjelaskan. Satu hal aku tahu dengan yakin. Kita semua adalah bagian utuh dari alam. Kita hanya sekedar alat dari entitas atau energi atau kekuasaan yang tidak kita ketahui atau sesuatu yang tak dapat didefinisikan. Pada satu sisi kita hanyalah kumpulan dari bahan-bahan kimiawi, hanya rangkain DNA. Pada sisi lain kita adalah satu entitas yang memiliki kesadaran. Sejujurnya, aku dalam kesesatan total (total loss) bilamana aku berpikir tentang Tuhan. Untuk memulai, aku tidak tahu harus mulai dari mana, dan makin banyak aku membaca tentang "Dia", makin banyak aku belajar tentang sains modern, makin sadar aku tentang Tuhan dan alam semesta. Itu tidak berarti bahwa agama mempunyai semua jawaban. Semua agama-agama dunia tidak menjelaskan secara tuntas banyak dari prinsip-prinsip utama mereka. Namun demikian, kekurangan jawaban-jawaban yang wajar membuatku menjadi manusia yang rendah hati. Dewasa ini, aku tahu dengan pasti bahwa kita hanya tahu sedikit sekali mengenai diri kita dan alam semesta. |
Source : Ngakan Putu Putra |
Manusia Pertama
Menurut kepercayaan Hindu, manusia pertama adalah Swayambu Manu. Nama ini bukan nama seseorang, melainkan nama spesies. Swayambu Manu secara harfiah berarti “makhluk berpikir “.
Bhagavad-gita 4.1
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krsna, bersabda; Aku telah mengajarkan ilmu pengetahuan yoga ini yang tidak dapat dimusnahkan kepada dewa matahari , vivasvan, kemudian vivasvan mengajarkan ilmu pengetahuan ini kepada Manu, ayah manusia, kemudian Manu mengajarkan ilmu pengetahuan itu kepada iksvaku.
Bhagavad-gita 10.6
Tujuh resi yang mulia, dan sebelum mereka empat resi lainnya serta para Manu [leluhur manusia], berasal dari-Ku. Mereka dilahirkan dari pikiran-Ku, dan semua makhluk hidup yang menghuni berbagai planet adalah keturunan dari mereka.
Kata “Man” dalam Bahasa Inggris berasal dari kata Manu. Kata “Manusia” berarti keturunan Manu. Kata Nabi Nuh dan Noah juga berasal dari kata Manu.
Kalau tentang “banjir besar” itu berhubungan dengan Vaivasvata Manu dan jelas bahwa Manu ini adalah yang ke-7, jadi sebelumnya telah ada Manu-Manu yang lain.
Jadi sampai saat ini kita berada pada generasi Vaivasvata Manu, atau manu yang ke 7. Jadi di dunia ini menurut Hindu sudah tercipta 7 jenis manusia pertama yang pada akhirnya melakukan perkawinan silang dan menghasilkan banyak ras-ras manusia yang berbeda.
Sebagaimana disebutkan dalam Bhagavata Purana 3.13.14 -16 bahwasanya di dalam 1 Kalpa, akan tercipta 14 generasi manusia (Manu). Masing-masing dari ke-14 manu tersebut adalah;
1. Swayambhu Manu
2. Swarochisha Manu
3. Auttami Manu
4. Támasa Manu
5. Raivata Manu
6. Chakshusha Manu
7. Vaivasvata Manu
8. Savarni Manu
9. Daksa Savarni Manu
10. Brahma Savarni Manu
11. Dharma Savarni Manu
12. Rudra Savarni Manu
13. Raucya / Deva Savarni Manu
14. Bhauta / Indra Savarni Manu
Demikianlah manusia pertama menurut Hindu.
sumber: http://agamahindu9.wordpress.com/2012/04/
Kamis, 30 Mei 2013
Apakah Tuhan Semua Agama Sama
Persamaan Pendapat.
Pada dasarnya semua agama mengajarkan keyakinan seperti dibawah ini : Tuhan adalah yang menciptakan semesta alam dan seisinya. Tuhan adalah yang menghidupi semua mahluk hidup. Tuhan adalah yang berkuasa atas semesta alam dan semua mahluk hidup. Tuhan adalah yang menjadi penyembahan dan pemujaan umat manusia. Tuhan adalah yang Maha Esa. Khusus di Indonesia semua agama sepakat dengan butir kelima yang menjadi sila pertama dari Pancasila yaitu KeTuhanan Yang Maha Esa.Akan tetapi apakah masing masing umat beragama memahami bahwa Tuhannya berbeda dengan Tuhan umat beragama lain? Jawabannya perlu pembahasan dibawah ini.
Perbedaan Pendapat.
Perbedaan bahasa. Masing masing bangsa (umat) menyebut Tuhan sesuai dengan bahasanya, seperti : Yahudi menyebut dengan nama Yahweh, Arab dengan nama Allah, Hindia – Brahman, Inggris – God, Yunani – Deo, Bali – Sang Hyang Widhi, Sunda ada yang menyebut Gusti, Jawa dengan berbagai sebutan seperti Pangeran, Hyang Manon, Hyang Widhi, Suksma Kawekas, dll. Termasuk bangsa bangsa lain diseluruh dunia ini menyebut sesuai dengan bahasanya.
Pertanyaannya adalah apakah kalau sebutannya berbeda, dapat dikatakan Tuhannya juga berbeda? Jawabannya perlu uraian dibawah ini.
Umat beragama di dunia ini terutama yang berakal sehat, berpendapat bahwa meskipun berbeda agama, Tuhan tetap sama, karena keyakinan seperti tersebut di bab A. Perbedaan hanya karena bahasa atau sebutannya saja.
Namun ada sebagian umat agama tertentu yang berpendapat bahwa Tuhan yang benar adalah yang sesuai dengan bahasanya atau sebutannya. Dinyatakan bahwa Tuhan yang benar adalah yang sebutannya A, kalau sebutannya B, D, G, H, S dan Y maka itu Tuhan yang salah. Pertanyaannya adalah bagaimana Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki semesta alam seisinya termasuk seluruh bahasa didunia ini, menyikapi pernyataan agama tertentu tersebut?
Tuhan Yang Maha Luhur dan Maha Kasih, sumber segala ilmu lahir dan batin, yang mengatur setiap kejadian seperti kejadian adanya berbagai agama dan berbagai bahasa di dunia ini, pastinya menerima seluruh umat manusia yang menganut berbagai agama dan menggunakan berbagai bahasa dengan tanpa pilih kasih. Ibarat eorang ibu yang memiliki banyak anak, tidak akan membeda bedakan kasih sayangnya meskipun ada salah satu anaknya yang merasa paling benar dan menganggap saudara saudaranya salah. Apalagi Tuhan yang memiliki berbagai umat dunia ini sebagai anak anakNya, tidak akan membeda bedakan satu sama lain, meskipun ada salah satu anakNya yang merasa paling baik. Tuhan Yang Maha Mulia tentu juga tidak terprovokasi oleh yang suka menjelek jelekkan saudara saudaranya. Tapi Tuhan Maha Pengampun, maka mengampuni anakNya yang satu itu, maklum dulu lahir ditempat yang gersang dan panas sehingga bertemperamen keras. Akan tetapi Tuhan juga Maha Adil, maka anakNya yang paling berbakti mendapatkan anugerah berupa kelebihan dari pada yang lain, seperti kecerdasan, kecakapan, ketrampilan, dll kemampuan.
Jadi kesimpulannya Tuhan Yang Maha Esa ini tetap menjadi Tuhannya berbagai agama yang masing masing bisa saja menyebutNya dengan bahasa yang berbeda.
Perbedaan pemahaman tentang Tuhan.
Pemahaman tentang (Ilmu) keTuhanan, meliputi segala aspek tentang Tuhan. SifatNya, KarsaNya, keMaha SegalaanNya dan keberadaanNya. Didalam ajaran Islam termasuk Tauhid, sedang didalam ajaran Hindu termasuk Tatwa. Tentunya Tuhan mengajarkan dasar dasar Ilmu keTuhanan yang sama untuk berbagai agama. Apabila terjadi perbedaan, karena pemahaman (penafsiran) yang berbeda. Jadi umat agama yang satu dalam menafsirkan ilmu keTuhanan bisa ada perbedaan dengan umat agama lainnya. Sehingga ada hal hal tertentu yang satu sama lain tafsirannya sama, ada hal hal lain yang tafsirannya berbeda. Bahkan dalam satu agamapun yang berbeda golongan, bisa terjadi beda tafsir. Penyebabnya disamping perbedaan ruang dan waktu, juga karena perbedaan tingkat spiritual dan perbedaan kemampuan daya pikir, yang resultantenya berupa perbedaan tingkat kesadaran berkeTuhanan. Gus Dur secara bergurau menceritakan ada 3 orang yaitu seorang pastur, seorang pendeta Hindu dan seorang kyai, berdialog tentang kedekatan umat dengan Tuhan. Sang pastur mengatakan bahwa umatnya memanggil Tuhan dengan sebutan Bapak, untuk menunjukkan kedekatannya, ibarat bapak dengan anak. Sang pendeta mengatakan bahwa umatnya memanggil Tuhan dengan sebutan Om (yang oleh Gus Dur diartikan sebagai paman), bukankah antara paman dengan keponakan juga dekat. Sang kyai tadinya diam saja, kemudian didesak untuk berpendapat, akhirnya mengatakan : ”Umat saya boro boro dekat dengan Tuhan, untuk memanggil saja harus bikin menara terlebih dulu, sudah itu teriak teriak meskipun sudah pakai pengeras suara, supaya Tuhan yang jauh dilangit sap 7 bisa mendengar”. Guyonan ini menyiratkan perbedaan prinsip tentang dimana Tuhan berada.
Sebagai contoh umat Hindu meyakini bahwa Tuhan sudah berada didalam hati manusia. Sedang umat Islam menafsirkan Tuhan berada di Arasy, yaitu bersinggasana di atas langit sap ke tujuh. Jika demikian apakah Tuhan umat Hindu berbeda dengan Tuhan umat Islam? Untuk menjawab perlu analogi.
Suatu ketika Kulkas, Setlika dan Kipas angin berdialog tentang Sumber tenaganya yaitu Listrik. Kulkas berkata: “Listrik itu dingin, buktinya aliran listrik menjadikan saya menjadi dingin”. Setlika membantah dengan mengatakan: “Kulkas kamu salah, Listrik yang benar itu panas, buktinya kalau Listrik datang, saya menjadi panas”. Kipas angin berpendapat lain lagi: “Listrik yang benar itu berputar dan menimbulkan angin yang segar. Kalau menjadikan rasa dingin atau panas itu bukan Listrik”. Ketiganya berbantah berdasarkan yang dirasakan sendiri, sehingga tak ada ujung penyelesaiannya. Sampai kemudian datang Sarjana Listrik memberikan pencerahan dengan mengatakan: “Kulkas, Setlika dan Kipas angin, kalian semuanya benar sesuai dengan yang masing masing alami dan rasakan. Oleh karena itu tidak perlu menyalahkan satu sama lain. Ketahuilah bahwa Listrik itu dapat menimbulkan dingin, panas dan angin sesuai dengan kapasitas dan potensi kalian masing masing. Bahkan lebih dari itu, bila Lampu berhubungan dengan Listrik dapat menimbulkan cahaya, bila Radio berhubungan dengan Listrik dapat menimbulkan suara, bila TV berhubungan dengan listrik dapat menimbulkan gambar dan masih banyak lagi kemampuan Sang Listrik, sekali lagi sesuai dengan kapasitas dan potensi masing masing”. Setelah mendapatkan pencerahan dari Sarjana Listrik maka ketiga saudara Kulkas, Setlika dan Kipas angin menjadi faham dan rukun kembali.
Demikian pula dengan pemahaman umat Islam, bahwa Tuhan berada di Arasy yaitu singgasana diatas langit sap tujuh. Sedang pemahaman umat Hindu, Tuhan berada didalam hati setiap manusia. Keduanya satu sama lain berbeda pemahaman, tetapi keduanya bisa benar, karena Tuhan meliputi semesta alam dan seisinya. Bahkan apabila ada anggapan Tuhan berada lebih jauh dari langit sap tujuh yaitu di ujung galaxy yang jaraknya dari bumi membutuhkan waktu jutaan tahun kecepatan cahaya, juga tidak salah karena Tuhan memang juga ada disana. Sebaliknya apabila ada pendapat bahwa Tuhan sudah menyatu didalam hati setiap umatnya, sebagaimana anggapan kelompok penghayat kepercayaan, juga tidak dapat disalahkan, karena sekali lagi, Tuhan meliputi semesta alam seisinya baik itu ditempat yang dekat sekali maupun ditempat yang jauh sekali. Orang Jawa bijak menyatukan dua pendapat yang berbeda itu dengan ungkapan : Cedak ora sesenggolan, adoh tanpa antara. Terjemahannya dekat tidak bersinggungan jauh tanpa jarak, yang artinya adalah bertunggalnya umat dengan Tuhan yang meliputi semesta alam seisinya.
Pengalaman penulis tahun 1996 ketika masih dinas di Surakarta, dengan staf berjumlah 40 PNS. Yang beragama Islam sebanyak 30 orang kami kumpulkan di ruang rapat dan ditanya : “Apakah Tuhan agama Kristen sama dengan Tuhan agama Islam?”. Hampir semuanya menjawab tidak sama, kecuali 3 orang yang termasuk Islam Abangan (yang sekedar tercantum di KTP beragama Islam) serta 1 orang penganut kepercayaan (juga ber KTP Islam) menjawab sama. Dilain waktu 10 orang yang beragama Kristen ketika ditanya : “Apakah Tuhan agama Islam sama dengan Tuhan agama Kristen?”. Semuanya menjawab sama. Sambil menguji, pertanyaan kami selanjutnya :”Bagaimana dengan pandangan umat Islam bahwa umat Kristen berTuhan 2 yaitu Tuhan Allah (Allah Sang Bapa) dan Tuhan Yesus (Allah Sang Putra)?”. Sejenak diam hingga ada beberapa orang yang menjawab yang apabila dirangkum jawabannya sbb :
Pada prinsipnya Kristen menganut satu Tuhan juga, sedang sebutan Tuhan Yesus (Allah Sang Putra) mengandung maksud :
Bahwa Yesus itu sudah sedemikian dekatnya dengan Allah, ibarat anak dengan bapak, maka disebut Allah Sang Putra. Kami semua ini kalau betul betul menjadi Kristen seperti yang diajarkan Yesus, juga dapat disebut Anak Allah, karena dekat dengan Allah, ibarat anak dengan bapak.
Sebutan Tuhan Yesus, untuk memberikan pemahaman dan keyakinan kepada umat Kristen bahwa Yesus itu tidak hanya dekat dengan Tuhan, bahkan Roh Yesus itu sudah menyatu dengan Tuhan. Sehingga segala sesuatu yang dirasakan, diucapkan dan dilakukan Yesus adalah Kehendak Tuhan, Keadilan Tuhan, Kebijaksanaan Tuhan dan Kekuasaan Tuhan.
Atas pertanyaan :”Kalau begitu mengapa tidak menyebut saja Tuhan Allah, sedang sebutan Tuhan Yesus tidak usah dipakai?”, jawabnya adalah sebutan Tuhan Yesus untuk menunjukkan identitas sebagai umat Kristiani, sekaligus untuk selalu mengingat Yesus sebagai Nabi, Utusan Tuhan, Juru Penolong, Juru Penghibur dan Juru Penuntun dijalan benar.
Dari rangkuman jawaban diatas, dapat ditambahkan bahwa ungkapan Yesus sebagai Anak Allah adalah kiasan, jadi bukan berarti anak biologis Tuhan. Sebutan Tuhan Yesus diberikan karena pada hakekatnya Yesus itu, mengambil istilah para penghayat kepercayaan, sudah mencapai tingkat Manunggaling Kawula Gusti, didalam ajaran Hindu disebut sebagai Moksha yaitu menyatunya Atman denga Brahman. Sedang Tuhan Yesus dan Tuhan Allah, bukan berarti ada 2 Tuhan. Seperti diagama Islam disebut Al Rahman, Al Rahiim, Al Malik, Al Quddus, Al Salaam, Al Mukmin, dstnya ada 99 nama didalam Asmaul Husna, bukan berarti Tuhan ada 99. Demikian pula didalam ajaran Hindu ada Brahma sebutan untuk Tuhan Yang Maha Pencipta, Wisnu sebutan untuk Tuhan Yang Maha Pemelihara dan Siwa sebutan untuk Tuhan Yang Maha Pelebur; bukan berarti Tuhan ada 3.
Betulkah Ada Banyak Tuhan?
Sebagian besar umat Islam tingkatan awam, menyatakan bahwa Tuhan yang benar adalah yang satu, bukan 2 dan bukan 3, yang sebutannya Allah. Sang Hyang Widhi, Yahweh, Deo dan God adalah Tuhan agama lain! Pernyataan ini berarti bahwa mereka menganggap ada banyak Tuhan, yaitu Tuhannya agama lain. Ada Tuhan yang namanya Sang Hyang Widhi yang khusus menguasai kehidupan umat Hindu, ada Tuhan yang namanya Yahweh yang khusus mengatur nasib umat Yahudi, dstnya. Jadi bila penduduk dunia ini ada 7 milyard, maka Allah hanya berkuasa terhadap I,5 milyard yang beragama Islam, sedang yang 5,5 milyard dikuasai oleh Tuhan Tuhan lain yang sebutannya bukan Allah? Jika demikian halnya maka Tuhan yang telah menciptakan seluruh umat manusia yang berjumlah 7 milyard ini, tidak diakui oleh umat Islam yang Tuhannya hanya mencipta 1,5 M umat Islam?
Terlepas dari anggapan diatas, adalah suatu fakta (kenyataan) bukan sekedar kepercayaan, bahwa Tuhan Yang Maha Tunggal itu, yang tiada duanya, adalah yang menguasai dan mengatur kehidupan seluruh 7 milyard manusia apapun agamanya dan apapun sebutan yang diberikan kepada Tuhan. Bahkan yang tidak berTuhan atau yang tidak percaya kepada Tuhanpun, tetap dikuasai oleh Tuhan.
Dalam kehidupan sehari hari yang dialami orang perorang, meskipun untuk hal yang sangat sepele sekalipun, tidak bisa lepas dari Kekuasaan Tuhan, Keadilan Tuhan dan Kehendak Tuhan. Jadi sekecil apapun kebaikan akan memperoleh balasan kebaikan, sekecil apapun keburukan akan memperoleh balasan keburukan, inilah bukti Keadilan Tuhan. Didalam ajaran Hindu termasuk bagian dari Hukum Karma, meskipun para kyai dan ustadz mengatakan ajaran Islam tidak ada Hukum Karma, namun setiap umat Islam tetap tidak dapat lepas dari Hukum Karma, termasuk terhadap para kyai itu. Bahkan tujuan hidup umat Hindu yaitu Moksha (Manunggaling Kawula Gusti) adalah tujuan akhir dari setiap Ruh umat Islam juga, meskipun tidak disadarinya. Seperti reinkarnasi, tidak hanya terjadi pada umat Hindu dan Budha, tetapi seluruh umat manusia yang beragama Islam dan Kristen, bahkan yang tidak beragama dan yang tidak percaya reinkarnasi, akan mengalami reinkarnasi itu. Jadi meskipun umat Islam tidak mempercayai dan tidak menyadari bahwa Tuhannya dapat melakukan reinkarnasi terhadap mereka, namun Allah tetap melakukan reinkarnasi terhadap mereka. Apalagi doa bagi yang meninggal dunia hanya sebatas :”Kembali disisi Tuhan”, berarti meninggal belum sempurna, maka perlu dihidupkan kembali didunia sekali atau berkali kali lagi sampai pada tingkat meninggal yang sempurna yaitu : “ Bertunggal dengan Tuhan”. Penalaran spiritual mengatakan, kalau begitu umat Islam tidak pernah sampai pada tingkat bertunggal dengan Tuhan karena memahami saja belum, oleh karena itu setelah meninggal selalu dihidupkan kembali sampai memperoleh keberuntungan masuk dalam keluarga Hindu, sehingga mencapai tingkat kesadaran tertinggi yaitu bercita cita untuk bertunggal dengan Tuhan. Oleh karena itu keluarga Hindu harus menerima dengan tulus dan ikhlas, jiwa jiwa orang Islam yang telah meninggal dan hidup kembali (mungkin menjadi anak atau cucu) agar kematian berikutnya mencapai kesempurnaan, yaitu moksha. Sebab kalau hidup kembali tetap berada di keluarga Islam, kasihan sekali, tidak akan dapat bertunggal dengan Tuhan. Lebih kasihan lagi yang dulunya sudah Hindu, kemudian hidup kembali sebagai orang Islam. Inilah yang dialami oleh mayoritas orang Jawa dan Sunda yang hidup diabad ini.
Kesimpulan.
Masing masing umat beragama pada dasarnya meyakini bahwa semesta alam dan seisinya, termasuk 7 milyard manusia ini, diciptakan dan dikuasai oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Tuhan Yang Maha Tunggal, sebagai satu satunya pencipta kejadian, termasuk menciptakan kejadian berbagai bahasa dan agama, adalah tetap menjadi satu satunya Tuhan yang dipercayai dan disembah oleh semua umat beragama, meskipun masing masing menyebut dengan nama yang berbeda, sesuai dengan bahasa atau sebutan yang dianut oleh masing masing agama.
Perbedaan ajaran agama sebaiknya disikapi secara positif, sebagai pentahapan tingkat kesadaran yang berjenjang. Selayaknya yang berada ditingkat kesadaran diatas dapat memahami yang masih berada ditingkat kesadaran dibawahnya. Sebaliknya, tidaklah menjadi masalah apabila yang masih berada ditingkat bawah tidak dapat memahami yang diatasnya, karena hal ini adalah wajar. Sehingga apabila ada agama baru yang mengajarkan tingkat kesadaran berkeTuhanan yang masih rendah dengan menganggap Tuhannya yang paling benar dan agamanya yang paling baik, tidak perlu disikapi dengan cara yang sama oleh umat agama yang lebih tua. Mudah mudahan dengan melalui proses reinkarnasi, tahap demi tahap dapat mencapai tingkat kesadaran berkeTuhanan yang tertinggi, yaitu bertunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa.
"Selama Tuhan tampak di luar dan jauh sekali, selama itu ada kebodohan. Tetapi di mana Tuhan direalisasikan di dalam, itu adalah pengetahuan yang benar." Sri Ramakrishna Paramahamsa (1836-1886)
Asli tulisan ini:
http://www.mediahindu.net/berita-dan-artikel/artikel-umum/152-apakah-tuhan-semua-agama-sama.html
Pada dasarnya semua agama mengajarkan keyakinan seperti dibawah ini : Tuhan adalah yang menciptakan semesta alam dan seisinya. Tuhan adalah yang menghidupi semua mahluk hidup. Tuhan adalah yang berkuasa atas semesta alam dan semua mahluk hidup. Tuhan adalah yang menjadi penyembahan dan pemujaan umat manusia. Tuhan adalah yang Maha Esa. Khusus di Indonesia semua agama sepakat dengan butir kelima yang menjadi sila pertama dari Pancasila yaitu KeTuhanan Yang Maha Esa.Akan tetapi apakah masing masing umat beragama memahami bahwa Tuhannya berbeda dengan Tuhan umat beragama lain? Jawabannya perlu pembahasan dibawah ini.
Perbedaan Pendapat.
Perbedaan bahasa. Masing masing bangsa (umat) menyebut Tuhan sesuai dengan bahasanya, seperti : Yahudi menyebut dengan nama Yahweh, Arab dengan nama Allah, Hindia – Brahman, Inggris – God, Yunani – Deo, Bali – Sang Hyang Widhi, Sunda ada yang menyebut Gusti, Jawa dengan berbagai sebutan seperti Pangeran, Hyang Manon, Hyang Widhi, Suksma Kawekas, dll. Termasuk bangsa bangsa lain diseluruh dunia ini menyebut sesuai dengan bahasanya.
Pertanyaannya adalah apakah kalau sebutannya berbeda, dapat dikatakan Tuhannya juga berbeda? Jawabannya perlu uraian dibawah ini.
Umat beragama di dunia ini terutama yang berakal sehat, berpendapat bahwa meskipun berbeda agama, Tuhan tetap sama, karena keyakinan seperti tersebut di bab A. Perbedaan hanya karena bahasa atau sebutannya saja.
Namun ada sebagian umat agama tertentu yang berpendapat bahwa Tuhan yang benar adalah yang sesuai dengan bahasanya atau sebutannya. Dinyatakan bahwa Tuhan yang benar adalah yang sebutannya A, kalau sebutannya B, D, G, H, S dan Y maka itu Tuhan yang salah. Pertanyaannya adalah bagaimana Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki semesta alam seisinya termasuk seluruh bahasa didunia ini, menyikapi pernyataan agama tertentu tersebut?
Tuhan Yang Maha Luhur dan Maha Kasih, sumber segala ilmu lahir dan batin, yang mengatur setiap kejadian seperti kejadian adanya berbagai agama dan berbagai bahasa di dunia ini, pastinya menerima seluruh umat manusia yang menganut berbagai agama dan menggunakan berbagai bahasa dengan tanpa pilih kasih. Ibarat eorang ibu yang memiliki banyak anak, tidak akan membeda bedakan kasih sayangnya meskipun ada salah satu anaknya yang merasa paling benar dan menganggap saudara saudaranya salah. Apalagi Tuhan yang memiliki berbagai umat dunia ini sebagai anak anakNya, tidak akan membeda bedakan satu sama lain, meskipun ada salah satu anakNya yang merasa paling baik. Tuhan Yang Maha Mulia tentu juga tidak terprovokasi oleh yang suka menjelek jelekkan saudara saudaranya. Tapi Tuhan Maha Pengampun, maka mengampuni anakNya yang satu itu, maklum dulu lahir ditempat yang gersang dan panas sehingga bertemperamen keras. Akan tetapi Tuhan juga Maha Adil, maka anakNya yang paling berbakti mendapatkan anugerah berupa kelebihan dari pada yang lain, seperti kecerdasan, kecakapan, ketrampilan, dll kemampuan.
Jadi kesimpulannya Tuhan Yang Maha Esa ini tetap menjadi Tuhannya berbagai agama yang masing masing bisa saja menyebutNya dengan bahasa yang berbeda.
Perbedaan pemahaman tentang Tuhan.
Pemahaman tentang (Ilmu) keTuhanan, meliputi segala aspek tentang Tuhan. SifatNya, KarsaNya, keMaha SegalaanNya dan keberadaanNya. Didalam ajaran Islam termasuk Tauhid, sedang didalam ajaran Hindu termasuk Tatwa. Tentunya Tuhan mengajarkan dasar dasar Ilmu keTuhanan yang sama untuk berbagai agama. Apabila terjadi perbedaan, karena pemahaman (penafsiran) yang berbeda. Jadi umat agama yang satu dalam menafsirkan ilmu keTuhanan bisa ada perbedaan dengan umat agama lainnya. Sehingga ada hal hal tertentu yang satu sama lain tafsirannya sama, ada hal hal lain yang tafsirannya berbeda. Bahkan dalam satu agamapun yang berbeda golongan, bisa terjadi beda tafsir. Penyebabnya disamping perbedaan ruang dan waktu, juga karena perbedaan tingkat spiritual dan perbedaan kemampuan daya pikir, yang resultantenya berupa perbedaan tingkat kesadaran berkeTuhanan. Gus Dur secara bergurau menceritakan ada 3 orang yaitu seorang pastur, seorang pendeta Hindu dan seorang kyai, berdialog tentang kedekatan umat dengan Tuhan. Sang pastur mengatakan bahwa umatnya memanggil Tuhan dengan sebutan Bapak, untuk menunjukkan kedekatannya, ibarat bapak dengan anak. Sang pendeta mengatakan bahwa umatnya memanggil Tuhan dengan sebutan Om (yang oleh Gus Dur diartikan sebagai paman), bukankah antara paman dengan keponakan juga dekat. Sang kyai tadinya diam saja, kemudian didesak untuk berpendapat, akhirnya mengatakan : ”Umat saya boro boro dekat dengan Tuhan, untuk memanggil saja harus bikin menara terlebih dulu, sudah itu teriak teriak meskipun sudah pakai pengeras suara, supaya Tuhan yang jauh dilangit sap 7 bisa mendengar”. Guyonan ini menyiratkan perbedaan prinsip tentang dimana Tuhan berada.
Sebagai contoh umat Hindu meyakini bahwa Tuhan sudah berada didalam hati manusia. Sedang umat Islam menafsirkan Tuhan berada di Arasy, yaitu bersinggasana di atas langit sap ke tujuh. Jika demikian apakah Tuhan umat Hindu berbeda dengan Tuhan umat Islam? Untuk menjawab perlu analogi.
Suatu ketika Kulkas, Setlika dan Kipas angin berdialog tentang Sumber tenaganya yaitu Listrik. Kulkas berkata: “Listrik itu dingin, buktinya aliran listrik menjadikan saya menjadi dingin”. Setlika membantah dengan mengatakan: “Kulkas kamu salah, Listrik yang benar itu panas, buktinya kalau Listrik datang, saya menjadi panas”. Kipas angin berpendapat lain lagi: “Listrik yang benar itu berputar dan menimbulkan angin yang segar. Kalau menjadikan rasa dingin atau panas itu bukan Listrik”. Ketiganya berbantah berdasarkan yang dirasakan sendiri, sehingga tak ada ujung penyelesaiannya. Sampai kemudian datang Sarjana Listrik memberikan pencerahan dengan mengatakan: “Kulkas, Setlika dan Kipas angin, kalian semuanya benar sesuai dengan yang masing masing alami dan rasakan. Oleh karena itu tidak perlu menyalahkan satu sama lain. Ketahuilah bahwa Listrik itu dapat menimbulkan dingin, panas dan angin sesuai dengan kapasitas dan potensi kalian masing masing. Bahkan lebih dari itu, bila Lampu berhubungan dengan Listrik dapat menimbulkan cahaya, bila Radio berhubungan dengan Listrik dapat menimbulkan suara, bila TV berhubungan dengan listrik dapat menimbulkan gambar dan masih banyak lagi kemampuan Sang Listrik, sekali lagi sesuai dengan kapasitas dan potensi masing masing”. Setelah mendapatkan pencerahan dari Sarjana Listrik maka ketiga saudara Kulkas, Setlika dan Kipas angin menjadi faham dan rukun kembali.
Demikian pula dengan pemahaman umat Islam, bahwa Tuhan berada di Arasy yaitu singgasana diatas langit sap tujuh. Sedang pemahaman umat Hindu, Tuhan berada didalam hati setiap manusia. Keduanya satu sama lain berbeda pemahaman, tetapi keduanya bisa benar, karena Tuhan meliputi semesta alam dan seisinya. Bahkan apabila ada anggapan Tuhan berada lebih jauh dari langit sap tujuh yaitu di ujung galaxy yang jaraknya dari bumi membutuhkan waktu jutaan tahun kecepatan cahaya, juga tidak salah karena Tuhan memang juga ada disana. Sebaliknya apabila ada pendapat bahwa Tuhan sudah menyatu didalam hati setiap umatnya, sebagaimana anggapan kelompok penghayat kepercayaan, juga tidak dapat disalahkan, karena sekali lagi, Tuhan meliputi semesta alam seisinya baik itu ditempat yang dekat sekali maupun ditempat yang jauh sekali. Orang Jawa bijak menyatukan dua pendapat yang berbeda itu dengan ungkapan : Cedak ora sesenggolan, adoh tanpa antara. Terjemahannya dekat tidak bersinggungan jauh tanpa jarak, yang artinya adalah bertunggalnya umat dengan Tuhan yang meliputi semesta alam seisinya.
Pengalaman penulis tahun 1996 ketika masih dinas di Surakarta, dengan staf berjumlah 40 PNS. Yang beragama Islam sebanyak 30 orang kami kumpulkan di ruang rapat dan ditanya : “Apakah Tuhan agama Kristen sama dengan Tuhan agama Islam?”. Hampir semuanya menjawab tidak sama, kecuali 3 orang yang termasuk Islam Abangan (yang sekedar tercantum di KTP beragama Islam) serta 1 orang penganut kepercayaan (juga ber KTP Islam) menjawab sama. Dilain waktu 10 orang yang beragama Kristen ketika ditanya : “Apakah Tuhan agama Islam sama dengan Tuhan agama Kristen?”. Semuanya menjawab sama. Sambil menguji, pertanyaan kami selanjutnya :”Bagaimana dengan pandangan umat Islam bahwa umat Kristen berTuhan 2 yaitu Tuhan Allah (Allah Sang Bapa) dan Tuhan Yesus (Allah Sang Putra)?”. Sejenak diam hingga ada beberapa orang yang menjawab yang apabila dirangkum jawabannya sbb :
Pada prinsipnya Kristen menganut satu Tuhan juga, sedang sebutan Tuhan Yesus (Allah Sang Putra) mengandung maksud :
Bahwa Yesus itu sudah sedemikian dekatnya dengan Allah, ibarat anak dengan bapak, maka disebut Allah Sang Putra. Kami semua ini kalau betul betul menjadi Kristen seperti yang diajarkan Yesus, juga dapat disebut Anak Allah, karena dekat dengan Allah, ibarat anak dengan bapak.
Sebutan Tuhan Yesus, untuk memberikan pemahaman dan keyakinan kepada umat Kristen bahwa Yesus itu tidak hanya dekat dengan Tuhan, bahkan Roh Yesus itu sudah menyatu dengan Tuhan. Sehingga segala sesuatu yang dirasakan, diucapkan dan dilakukan Yesus adalah Kehendak Tuhan, Keadilan Tuhan, Kebijaksanaan Tuhan dan Kekuasaan Tuhan.
Atas pertanyaan :”Kalau begitu mengapa tidak menyebut saja Tuhan Allah, sedang sebutan Tuhan Yesus tidak usah dipakai?”, jawabnya adalah sebutan Tuhan Yesus untuk menunjukkan identitas sebagai umat Kristiani, sekaligus untuk selalu mengingat Yesus sebagai Nabi, Utusan Tuhan, Juru Penolong, Juru Penghibur dan Juru Penuntun dijalan benar.
Dari rangkuman jawaban diatas, dapat ditambahkan bahwa ungkapan Yesus sebagai Anak Allah adalah kiasan, jadi bukan berarti anak biologis Tuhan. Sebutan Tuhan Yesus diberikan karena pada hakekatnya Yesus itu, mengambil istilah para penghayat kepercayaan, sudah mencapai tingkat Manunggaling Kawula Gusti, didalam ajaran Hindu disebut sebagai Moksha yaitu menyatunya Atman denga Brahman. Sedang Tuhan Yesus dan Tuhan Allah, bukan berarti ada 2 Tuhan. Seperti diagama Islam disebut Al Rahman, Al Rahiim, Al Malik, Al Quddus, Al Salaam, Al Mukmin, dstnya ada 99 nama didalam Asmaul Husna, bukan berarti Tuhan ada 99. Demikian pula didalam ajaran Hindu ada Brahma sebutan untuk Tuhan Yang Maha Pencipta, Wisnu sebutan untuk Tuhan Yang Maha Pemelihara dan Siwa sebutan untuk Tuhan Yang Maha Pelebur; bukan berarti Tuhan ada 3.
Betulkah Ada Banyak Tuhan?
Sebagian besar umat Islam tingkatan awam, menyatakan bahwa Tuhan yang benar adalah yang satu, bukan 2 dan bukan 3, yang sebutannya Allah. Sang Hyang Widhi, Yahweh, Deo dan God adalah Tuhan agama lain! Pernyataan ini berarti bahwa mereka menganggap ada banyak Tuhan, yaitu Tuhannya agama lain. Ada Tuhan yang namanya Sang Hyang Widhi yang khusus menguasai kehidupan umat Hindu, ada Tuhan yang namanya Yahweh yang khusus mengatur nasib umat Yahudi, dstnya. Jadi bila penduduk dunia ini ada 7 milyard, maka Allah hanya berkuasa terhadap I,5 milyard yang beragama Islam, sedang yang 5,5 milyard dikuasai oleh Tuhan Tuhan lain yang sebutannya bukan Allah? Jika demikian halnya maka Tuhan yang telah menciptakan seluruh umat manusia yang berjumlah 7 milyard ini, tidak diakui oleh umat Islam yang Tuhannya hanya mencipta 1,5 M umat Islam?
Terlepas dari anggapan diatas, adalah suatu fakta (kenyataan) bukan sekedar kepercayaan, bahwa Tuhan Yang Maha Tunggal itu, yang tiada duanya, adalah yang menguasai dan mengatur kehidupan seluruh 7 milyard manusia apapun agamanya dan apapun sebutan yang diberikan kepada Tuhan. Bahkan yang tidak berTuhan atau yang tidak percaya kepada Tuhanpun, tetap dikuasai oleh Tuhan.
Dalam kehidupan sehari hari yang dialami orang perorang, meskipun untuk hal yang sangat sepele sekalipun, tidak bisa lepas dari Kekuasaan Tuhan, Keadilan Tuhan dan Kehendak Tuhan. Jadi sekecil apapun kebaikan akan memperoleh balasan kebaikan, sekecil apapun keburukan akan memperoleh balasan keburukan, inilah bukti Keadilan Tuhan. Didalam ajaran Hindu termasuk bagian dari Hukum Karma, meskipun para kyai dan ustadz mengatakan ajaran Islam tidak ada Hukum Karma, namun setiap umat Islam tetap tidak dapat lepas dari Hukum Karma, termasuk terhadap para kyai itu. Bahkan tujuan hidup umat Hindu yaitu Moksha (Manunggaling Kawula Gusti) adalah tujuan akhir dari setiap Ruh umat Islam juga, meskipun tidak disadarinya. Seperti reinkarnasi, tidak hanya terjadi pada umat Hindu dan Budha, tetapi seluruh umat manusia yang beragama Islam dan Kristen, bahkan yang tidak beragama dan yang tidak percaya reinkarnasi, akan mengalami reinkarnasi itu. Jadi meskipun umat Islam tidak mempercayai dan tidak menyadari bahwa Tuhannya dapat melakukan reinkarnasi terhadap mereka, namun Allah tetap melakukan reinkarnasi terhadap mereka. Apalagi doa bagi yang meninggal dunia hanya sebatas :”Kembali disisi Tuhan”, berarti meninggal belum sempurna, maka perlu dihidupkan kembali didunia sekali atau berkali kali lagi sampai pada tingkat meninggal yang sempurna yaitu : “ Bertunggal dengan Tuhan”. Penalaran spiritual mengatakan, kalau begitu umat Islam tidak pernah sampai pada tingkat bertunggal dengan Tuhan karena memahami saja belum, oleh karena itu setelah meninggal selalu dihidupkan kembali sampai memperoleh keberuntungan masuk dalam keluarga Hindu, sehingga mencapai tingkat kesadaran tertinggi yaitu bercita cita untuk bertunggal dengan Tuhan. Oleh karena itu keluarga Hindu harus menerima dengan tulus dan ikhlas, jiwa jiwa orang Islam yang telah meninggal dan hidup kembali (mungkin menjadi anak atau cucu) agar kematian berikutnya mencapai kesempurnaan, yaitu moksha. Sebab kalau hidup kembali tetap berada di keluarga Islam, kasihan sekali, tidak akan dapat bertunggal dengan Tuhan. Lebih kasihan lagi yang dulunya sudah Hindu, kemudian hidup kembali sebagai orang Islam. Inilah yang dialami oleh mayoritas orang Jawa dan Sunda yang hidup diabad ini.
Kesimpulan.
Masing masing umat beragama pada dasarnya meyakini bahwa semesta alam dan seisinya, termasuk 7 milyard manusia ini, diciptakan dan dikuasai oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Tuhan Yang Maha Tunggal, sebagai satu satunya pencipta kejadian, termasuk menciptakan kejadian berbagai bahasa dan agama, adalah tetap menjadi satu satunya Tuhan yang dipercayai dan disembah oleh semua umat beragama, meskipun masing masing menyebut dengan nama yang berbeda, sesuai dengan bahasa atau sebutan yang dianut oleh masing masing agama.
Perbedaan ajaran agama sebaiknya disikapi secara positif, sebagai pentahapan tingkat kesadaran yang berjenjang. Selayaknya yang berada ditingkat kesadaran diatas dapat memahami yang masih berada ditingkat kesadaran dibawahnya. Sebaliknya, tidaklah menjadi masalah apabila yang masih berada ditingkat bawah tidak dapat memahami yang diatasnya, karena hal ini adalah wajar. Sehingga apabila ada agama baru yang mengajarkan tingkat kesadaran berkeTuhanan yang masih rendah dengan menganggap Tuhannya yang paling benar dan agamanya yang paling baik, tidak perlu disikapi dengan cara yang sama oleh umat agama yang lebih tua. Mudah mudahan dengan melalui proses reinkarnasi, tahap demi tahap dapat mencapai tingkat kesadaran berkeTuhanan yang tertinggi, yaitu bertunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa.
"Selama Tuhan tampak di luar dan jauh sekali, selama itu ada kebodohan. Tetapi di mana Tuhan direalisasikan di dalam, itu adalah pengetahuan yang benar." Sri Ramakrishna Paramahamsa (1836-1886)
Asli tulisan ini:
http://www.mediahindu.net/berita-dan-artikel/artikel-umum/152-apakah-tuhan-semua-agama-sama.html
Langganan:
Postingan (Atom)